Aku akan Kembali untukmu
“Kenapa mereka nggak keluar-keluar? Lama sekali. Apa yang terjadi
di dalam sana?” Fred mondar-mandir di depan pintu. Tingkah cowok
itu malah bikin panik teman-temannya saja. Sudah bukan menjadi hal
yang baru lagi kalau Fred paling tidak bisa menahan rasa panik, cemas
dan khawatir, dan parahnya lagi ia tidak bisa hanya duduk diam saja.
Mungkin lantaran cowok itu punya energi yang berlebih-lebih hingga
membuatnya tidak bisa diam walaupun hanya sebentar saja. Beda sekali
dengan yang lainnya. Walaupun mereka sangat khawatir akan keselamatan
Linda tetapi mereka lebih bisa menahan perasaannya. Mereka hanya
menunjukkan wajah sendunya saja.
“Tenanglah, Fred. Semuanya akan baik-baik saja,” kata Andre
meredamkan kecemasan di hati cowok itu. Ia tidak ingin membuat
keadaan semakin panik lagi.
Beberapa saat kemudian, pintu itu pun dibuka. Dari dalam keluar
wajah-wajah yang sangat kuyu sekali yang membuat mereka lunglai
seketika. Mereka sudah dapat memperkirakan apa yang telah terjadi
selama di dalam tadi.
“Apa yang terjadi? Mana Linda, Ray?” Winda dan Vida
mengguncang-guncangkan tubuh Ryan namun cowok itu hanya tergugu pilu.
“Nggak mungkin
Tangis mereka pecah seketika. Ryan yang memang dasarnya suka
mengerjai orang itu sangat menikmati pertunjukannya. Ia sukses
membuat teman-temannya menangis tersedu-sedu.
“Jangan bercanda lagi, Ray! Nggak mungkin Putri pergi secepat itu,”
kata Fred sembari mengguncang-guncangkan tubuh sahabatnya itu.
Ryan hanya memamerkan wajah sendunya yang membuat semua orang semakin
diliputi kesedihan yang mendalam.
“Tuhan … mengapa Engkau mengambilnya secepat itu?” Frans pun
ikut terlarut dalam kesedihan pula.
“Semua ini salahku. Jika aku tahu lebih awal, dia pasti masih ada
di sisi kita,” kata Ryan sembari bercucuran air mata.
“Semua ini bukan salahmu, Ray. Kamu telah melakukan yang terbaik
untuknya,” hibur Andre. Ia tidak ingin sahabatnya itu menyalahkan
diri atas kepergian Linda.
Ketika semua orang telah diselimuti kesedihan, tiba-tiba Linda
membuka pintu. Dengan mata yang sayu cewek itu memperhatikan
orang-orang yang ada di hadapannya. Ketika dilihatnya Ryan yang keki
lantaran diketahui telah mengerjai teman-temannya itu, ia segera
menghampirinya.
“Aku ingin bicara denganmu.”
“Bicara soal apa?” Ryan balik menanyainya.
“Aku benar-benar sangat menyesal mengapa dulu pernah mengenalmu.
Betapa bodohnya diriku yang mempercayai semua janji manismu. Dulu
kau berjanji akan selalu menjagaku tapi akhirnya kau ingkari jua. Kau
pergi dan tak pernah kembali …,” ujar Linda sembari melemparkan
benda yang ada di genggaman tangannya pada Ryan dan dengan cepat
cowok itu berhasil menangkapnya. Entah apa yang ada di dalam pikiran
cewek itu? Ia seperti orang yang tengah kehilangan kesadaran saja. Ia
pun berlalu meninggalkan cowok itu.
Ryan terbengong, tidak mengerti akan arah pembicaraan Linda barusan.
Sama seperti apa yang dirasakan oleh teman-temannya.
“Dasar cewek aneh! Dengan susah payah aku menyelamatkannya, tapi
malah aku yang dijadikan pelampiasan kemarahannya,” Ryan tersenyum
kecut, yang membuat teman-temannya terpingkal-pingkal, lalu membuka
kepalan tangannya. Diamatinya kalung dari benang yang dihiasi dengan
sebuah liontin cantik yang berbentuk mawar itu dengan seksama. Mirip
sekali dengan kalung yang telah dibelinya ketika ia masih kecil.
Tiba-tiba rasa sakit menyeruak ke dalam dadanya. Karena tidak mau
berlarut-larut dalam rasa sakit itu, akhirnya Ryan menyimpannya.
***
Linda menyusuri lorong rumah sakit itu dengan bercucuran air mata.
Satu-persatu memory pahit yang menyesakkan dadanya mulai berhamburan
keluar. Pembantaian kakek dan saudara-saudaranya sampai pada
pembunuhan Nisa, sahabatnya. Mengapa ia harus menyaksikan orang-orang
yang dikasihinya itu meregang nyawa di hadapannya dengan cara yang
sangat tragis? Mengapa bukan darahnya saja yang dialirkan untuk
mengakhiri permusuhan ini? Mengapa …?
“Mereka telah merampas semua milikku, tapi mengapa kamu masih diam
saja? Apa kamu tidak dapat merasakan penderitaanku ini? Aku sangat
membutuhkanmu dalam melalui semua ujian ini,” Linda tergugu pilu.
Ia merogoh sakunya, mencari sebuah benda yang sangat berharga
baginya. Benda yang ia jaga dengan taruhan nyawanya.
“Mana kalungku?” tanyanya panik begitu tidak mendapati benda itu
di sakunya. Ia pun mencarinya ke mana-mana, dan menanyakan benda itu
pada setiap orang yang ditemuinya. Karena tidak juga mendapatkan
hasil, akhirnya ia berlari kencang menuju ke tempat teman-temannya
semula. Siapa tahu ada salah satu di antara mereka yang dapat
menemukannya.
“Apa kalian melihat kalungku?” tanyanya yang masih
tersengal-sengal.
“Nggak,” pungkir Ryan.
Mereka mendesah pelan. Dalam situasi yang seperti itu, Ryan masih
sempat-sempatnya menyalurkan hobi kegemarannya itu. Dasar cowok
jahil!
“Aduh, di mana ya …?”
Ryan hampir tak kuasa menahan deraian tawanya kala melihat ekspresi
Linda yang sangat kebingungan. Mata cewek itu sampai berkaca-kaca
karena sedih kehilangan benda yang sangat berharga baginya itu.
“Sudahlah lupakan saja kalung jelek itu!”
“Kalau kamu nggak mau membantuku mencarinya, tak mengapa. Tapi,
jangan kamu menghinanya karena itu hadiah terbaik dari seorang
sahabat yang pernah kumiliki!” tegas Linda. Ia sangat sedih karena
cowok itu tidak ingat akan cerita indah di baliknya.
“Maaf jika kata-kataku tadi menyinggung hatimu. Kalau boleh aku
tahu, seperti apa sih dia.”
Ryan meminta maaf? Baru sekali ini cowok itu bersedia mengakui
kesalahannya dan menghentikan kejahilannya. Mereka seakan tidak
percaya mendengarnya. Benar nggak sih cowok itu Ryan yang selama ini
mereka kenal?
“Dulu dia sangat baik padaku. Dialah yang menemaniku melewati masa
tersulit dalam hidupku. Tapi sekarang, aku tidak tahu lagi bagaimana
keadaannya sekarang. Mungkin juga dia telah berubah menjadi pribadi
yang lain.”
“Tidakkah engkau rasai dia masih seperti yang dulu. Selalu
merinduimu. Meski angin telah membawanya pergi, dia terus meniti
dalam bayang nan sepi. Ingin dia tuangkan asa di sanubari, aku akan
kembali untukmu. Hanya untukmu. Karena engkau telah kusimpan di dalam
hatiku.”
Ryan tidak tahu mengapa lisannya tergerak untuk menuangkan kata-kata
itu. Mungkinkah cewek yang ada di hadapannya itu adalah mawar putih
yang selalu dinantikannya selama ini? Kalau kenyataannya memang
demikian, mengapa ia harus menutupi tentang jati dirinya? Mengapa
tidak berbagi saja beban derita agar kesedihan yang mendalam di mata
sayu itu dapat berkurang?
“Siapa kamu?” tanya Linda ingin memastikan apakah ia masih
mengingat kisah pertemanan mereka di waktu masih kecil dulu.
“Akulah kumbang kelana yang haus kasih sayang. Telah beribu-ribu
kali kutapaki duri-duri yang tajam untuk meraih pelita pujaan. Sang
permaisuri hati nan kuimpikan di setiap siang dan malam.”
Huh … dasar playboy! omel Linda di dalam hati. Bisa-bisanya
cowok itu merayunya di depan Andin. Melihat cewek itu yang bersusah
payah menahan api cemburu, ia merasa iba padanya. Begitu banyak cowok
baik di dunia ini, mengapa cewek itu malah jatuh hati pada playboy
kelas kakap itu? Untuk menumpahkan rasa kesalnya, ia berniat
mengerjai cowok itu sampai pusing tujuh keliling.
“Aku tahu kamu pasti akan kembali. Tak peduli walau segetir apa pun
cabaran hidup ini, dengan sedikit harapan yang tersisa semua akan
terasa ringan. Biarlah hati tergores sayatan luka karena waktu pasti
akan berlalu untuk menyembuhkannya.”
Linda sukses menipu Ryan dengan kilatan matanya yang basah. Cowok itu
sampai merasakan hatinya bagai disayat sembilu. Ia bahkan bertekad
untuk membuat perhitungan kepada siapa saja yang telah merampas
keceriaan di mata cewek itu.
“Jangan bersedih lagi, Put! Mulai sekarang akulah yang akan menjaga
dan melindungimu. Tidak akan kubiarkan seorang pun menyakitimu!”
Linda tersenyum walaupun hatinya masih diliputi keragu-raguan antara
mempercayai kata-kata cowok itu ataupun tidak. Sama seperti apa yang
dirasakan oleh Winda dan Vida.
“Eh, ngomong-ngomong nanti malam kamu ada waktu nggak, Put?” Ryan
ingin mengajaknya jalan-jalan menghabiskan waktu di bawah pendar
cahaya bintang-bintang dan rembulan yang indah.
“Kenapa kamu menanyakan soal itu? Katakan saja yang sejujurnya, apa
yang kamu inginkan dariku!”
“Aku ingin merayakan awal dari hubungan kita, Nona manis,” jawab
Ryan sembari merekahkan senyumnya.
Pernyataan cowok itu membuat semua orang mulai bertanya-tanya tentang
hubungan apa yang dimaksudkan oleh playboy nomor satu itu.
Hubungan sahabat, kekasih atau yang lebih serius lagi seperti
pertunangan atau bahkan hubungan yang dilandasi ikatan suci
pernikahan? Semua sibuk menerka-nerka sendiri.
“Hubungan apa maksudmu?”
Tanpa basa-basi cowok itu langsung mengungkapkan perasaannya pada
Linda. Ia tidak menghiraukan reaksi yang akan diterimanya sedikit pun
jua.
“Merayakan awal dari hubungan persahabatan ini, lalu menikah dan
punya selusin anak.”
Kontan semua orang terbelalak seketika.
Menikah? Punya anak? Seriuskah Ryan dengan semua kata-katanya itu?
Mungkinkah Linda adalah kekasih sejati yang selalu diimpikannya
selama ini? Cowok itu memang sering sekali mengungkapkan perasaannya
bahwa ia sangat merindukan kekasihnya yang berada jauh di negeri
seberang sana. Selama ini mereka selalu menganggap cowok itu hanya
mengibul dan berhalusinasi belaka. Hanya Andre sajalah yang
mempercayai kata-katanya.
“Ih, siapa juga yang mau menikah denganmu?!”
Winda dan Vida hanya bisa menggelengkan kepala. Dari sorot mata kedua
insan itu terlihat cinta yang begitu tulus. Cinta yang tidak mampu
dikikiskan oleh sang waktu yang telah memisahkan mereka selama
berpuluh tahun lamanya. Meskipun jasad mereka terpisah, tetapi hati
saling merasai. Mereka mulai mempercayai Ryan.
“Ah, jangan berpura-pura tidak membutuhkanku! Aku tahu, kamu butuh
seorang cowok yang bisa melindungimu dan kebetulan pula aku sudah
bosan hidup sendiri. Bukankah itu suatu kebetulan yang sangat
menguntungkan? Kamu bahagia dan aku pun tidak akan merasa kesepian
lagi.”
“Ooo … jadi permasalahannya hanya gara-gara kesepian. Kenapa
tidak kau bayar saja wanita penghibur untuk menemanimu? Kurasa mereka
tidak akan menolak ajakanmu.”
Andre dan yang lainnya mulai dihinggapi rasa was-was karena Linda
berani sekali mengucapkan kata-kata itu di depan mata Ryan. Apa yang
akan diperbuat oleh cowok itu? Mungkinkah cewek itu akan langsung di
depaknya dari genk Pelangi? Atau barang kali diberikan sanksi yang
sangat berat?
Ryan tersenyum kecut. Masa ia disuruh memadu cinta dengan wanita
penghibur? Sungguh keterlaluan sekali. Belum pernah ia dilecehkan
cewek seperti itu. Meski rasa jengkel telah merayapi hatinya, cowok
itu tetap bersabar dan terus mencoba untuk mendinginkan api kemarahan
yang berkobar-kobar di hati cewek manis itu.
“Ah, tanpa dibayar pun dengan senang hati mereka akan melakukannya.
Tapi masalahnya, aku nggak selera sama mereka semua. Lagipula, aku
paling sebal sama cewek yang selalu mengejar-ngejar diriku. Aku
maunya nikah sama cewek baik-baik.”
“Mana ada cewek baik-baik yang mau menikah dengan cowok yang gemar
memainkan perasaan orang? Paling-paling kamu hanya bisa mendapatkan
cewek rendahan saja!” sinis Linda.
Ryan terkesiap. Begitu pun dengan teman-temannya.
“Apa kamu ingin menantangku? Oke, kalau itu yang kamu mau. Aku akan
buktikan padamu kalau aku bisa mendapatkan cewek manapun yang aku
suka. Termasuk kamu!”
“Mendapatkan aku? Jangan mimpi kau!” Linda ngeloyor sebal sembari
menarik lengan Winda dan Vida untuk mengikutinya.
“Kita lihat saja nanti. Kamu pasti akan bertekuk lutut padaku!”
teriak Ryan memanas-manasi hati cewek itu. Ia merekahkan senyum
kemenangannya dengan sepuas-puasnya.
Dengan rasa sebal yang menggunung tinggi, Linda meninggalkan
teman-temannya. Ia tidak habis pikir, mengapa ia dapat bertemu dengan
cowok yang tidak tahu malu itu? Karena terlalu asyik dengan
pikirannya itu, ia tidak menyadari kalau ada seseorang yang terus
mengamati gerak-geriknya. Ia berjalan mendekati Linda, lalu
mencengkramnya dengan sebuah belati yang sangat tajam. Seketika semua
mata yang memandangnya menjerit histeris.
“Aaaa …!”
Ryan dan teman-temannya yang mendengar lengkingan suara itu terkejut,
lalu mereka menuju sumber dari kegaduhan itu. Betapa terpengarah kala
mereka menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan itu.
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Linda. Ia merasa heran mengapa
cewek itu tiba-tiba saja menyandera dirinya. Memangnya ada urusan apa
di antara mereka berdua? Setahunya, ia tak memiliki masalah dengan
cewek itu. Bahkan ia tak mengenalnya sama sekali. Mengapa cewek itu
bisa melakukan hal sebodoh itu? Apa yang diinginkannya?
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Linda mencoba bersikap setenang
mungkin. Sekilas pandangan matanya tertuju pada Ryan. Ia merasa
jengkel karena cowok itu tak bertindak apa pun untuk menolongnya.
Ketua genk macam apakah dia? Ada anggota genknya disakiti bukannya
menolong, eh … malah masih berdiam diri. Dasar cowok menyebalkan!
“Aku ingin menghabisimu,” jawab cewek itu.
Linda terbelalak. Menghabisinya? Mungkinkah cewek itu salah satu dari
para pembunuh bayaran yang mengincar nyawanya? Tetapi, kalau dilihat
dari aksinya sepertinya bukan. Para pembunuh bayaran yang selama ini
dikenalnya itu akan langsung menyerangnya tanpa ampun. Jika ada
kesempatan, mereka pasti akan langsung membunuhnya seketika itu jua.
Mereka takkan memberikan kesempatan padanya untuk melakukan
perlawanan.
Ryan sengaja membiarkan Linda. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan
oleh mantan ketua genk Divya itu untuk mengatasi masalah itu. Tentu
saja sikapnya yang tak seperti biasanya itu menimbulkan berbagai
macam pertanyaan di hati teman-temannya. Mengapa cowok itu masih
terlihat tenang-tenang saja? Tak takutkah ia kalau sampai terjadi
sesuatu yang tak diinginkan pada cewek manis itu?
“Memangnya apa salahku?”
“Kamu masih bertanya apa salahmu? Aku tak suka melihatmu mendekati
pangeran Pelangi!” jawabnya dengan nada yang penuh kebencian.
Sungguh alasan yang sangat menjengkelkan hati Linda. Mengapa ia
selalu saja dituduh ingin merebut hati cowok itu? Memangnya dirinya
itu tipe cewek penggoda apa? Menyebalkan!
“Silahkan saja kamu membunuhku. Toh kamu pun takkan mendapatkan
apa-apa. Begitu keluar dari sini, polisi akan menangkapmu. Lalu,
memasukkanmu ke dalam bui. Di sana kamu hanya bisa meratapi diri,
sementara Ray tengah bercanda ria dengan mangsa barunya.”
“Diam!” geram cewek itu.
Sama seperti yang dirasakan oleh cewek penyandera itu, Ryan pun
merasa kesal pada Linda jua. Mengapa cewek itu selalu saja
melontarkan kata-kata yang pedas padanya? Kayaknya di matanya dirinya
hanya seorang makhluk yang sangat kotor dan menjijikkan.
“Kau yang harus diam! Coba pikir baik-baik! Meski kau bunuh aku
sekali pun, pasti akan muncul beribu-ribu cewek yang akan merebut
perhatiannya. Daripada kau pusing menyingkirkan mereka semua, lebih
baik kau bunuh saja Ryan agar sakit hatimu terbalas!” bujuk Linda
sembari mengarahkan jari telunjuknya pada cowok yang ada di
hadapannya itu.
Wua …! Anak-anak Pelangi terbelalak tak percaya. Sebesar apakah
kebencian Linda pada cowok itu sampai ia mengompori cewek itu untuk
membunuhnya saja.
Mengapa tak kau sabetkan saja pedangmu agar terbayar sudah semua
kebencianmu? Biar kau puas! gerutu Ryan di dalam hati.
“Diam kau, cewek brengsek! Akan kubungkam mulutmu yang bawel itu
untuk selama-lamanya!” hardik cewek itu seraya hendak menghujamkan
belatinya dengan kekuatan penuh. Seketika itu juga, darah Linda
mengalir cepat. Ia menutup matanya rapat-rapat.
“Aaaa …!” jerit semua orang panik.
Meski sejengkel apa pun, Ryan tak tega membiarkan Linda disakiti
orang lain. Ia memencet tombol hitam di jam tangannya. Muncullah
jarum putih berkilauan dari dalamnya, lalu ia menjelintikkannya untuk
mengarahkannya pada cewek penyandera itu. Jarum itu meluncur cepat
mengenai cewek itu hingga membuatnya tersungkur. Darah anyir
berceceran di mana-mana. Dengan menahan rasa nyeri yang dalam, cewek
itu bangun, lalu berlari meninggalkan tempat itu.
Semua bisa bernafas lega kembali. Di saat yang bersamaan, Linda
membuka matanya. Ia bersyukur karena akhirnya bisa terlepas dari
cengkraman cewek gila itu. Ia pun mulai bertanya-tanya, siapa
gerangan yang telah menyelamatkannya.
“Kau itu benar-benar keterlaluan, Ray! Kerjaannya cuma menyakiti
hati cewek saja. Gara-gara kau, nyawaku hampir melayang, tau!” kata
Linda menumpahkan kekesalannya pada cowok itu.
“Tenanglah, Put. Kamu pasti akan baik-baik saja. Mana mungkinlah
aku membiarkan calon istriku diganggu orang!” goda Ryan seraya
tersenyum nakal. Tentu saja hal itu membuat Linda semakin kesal saja.
Kok masih ada cowok segila itu di dunia ini?
“Dasar gila!” Linda ngeloyor sebal sembari menarik lengan Winda
dan Vida untuk meninggalkan tempat itu. Bisa stres ia kalau berada
lama-lama di dekat cowok itu.
“Sebentar lagi, aku pasti akan mendapatkanmu!” teriak Ryan
sekencang-kencangnya yang membuat genderang telinga Linda semakin
kepanasan. Ya, cowok itu memang telah kembali. Ia bukan kembali untuk
melepaskan segenap rindu setelah perpisahan yang panjang tetapi malah
mengukuhkan posisinya sebagai cowok playboy kelas tinggi di
genk Pelangi.
Komentar
Posting Komentar