Dawai Cinta dan Persahabatan bag 15


Aku akan Kembali untukmu

“Kenapa mereka nggak keluar-keluar? Lama sekali. Apa yang terjadi di dalam sana?” Fred mondar-mandir di depan pintu. Tingkah cowok itu malah bikin panik teman-temannya saja. Sudah bukan menjadi hal yang baru lagi kalau Fred paling tidak bisa menahan rasa panik, cemas dan khawatir, dan parahnya lagi ia tidak bisa hanya duduk diam saja. Mungkin lantaran cowok itu punya energi yang berlebih-lebih hingga membuatnya tidak bisa diam walaupun hanya sebentar saja. Beda sekali dengan yang lainnya. Walaupun mereka sangat khawatir akan keselamatan Linda tetapi mereka lebih bisa menahan perasaannya. Mereka hanya menunjukkan wajah sendunya saja.
“Tenanglah, Fred. Semuanya akan baik-baik saja,” kata Andre meredamkan kecemasan di hati cowok itu. Ia tidak ingin membuat keadaan semakin panik lagi.
Beberapa saat kemudian, pintu itu pun dibuka. Dari dalam keluar wajah-wajah yang sangat kuyu sekali yang membuat mereka lunglai seketika. Mereka sudah dapat memperkirakan apa yang telah terjadi selama di dalam tadi.
“Apa yang terjadi? Mana Linda, Ray?” Winda dan Vida mengguncang-guncangkan tubuh Ryan namun cowok itu hanya tergugu pilu.
“Nggak mungkin
Tangis mereka pecah seketika. Ryan yang memang dasarnya suka mengerjai orang itu sangat menikmati pertunjukannya. Ia sukses membuat teman-temannya menangis tersedu-sedu.
“Jangan bercanda lagi, Ray! Nggak mungkin Putri pergi secepat itu,” kata Fred sembari mengguncang-guncangkan tubuh sahabatnya itu.
Ryan hanya memamerkan wajah sendunya yang membuat semua orang semakin diliputi kesedihan yang mendalam.
“Tuhan … mengapa Engkau mengambilnya secepat itu?” Frans pun ikut terlarut dalam kesedihan pula.
“Semua ini salahku. Jika aku tahu lebih awal, dia pasti masih ada di sisi kita,” kata Ryan sembari bercucuran air mata.
“Semua ini bukan salahmu, Ray. Kamu telah melakukan yang terbaik untuknya,” hibur Andre. Ia tidak ingin sahabatnya itu menyalahkan diri atas kepergian Linda.
Ketika semua orang telah diselimuti kesedihan, tiba-tiba Linda membuka pintu. Dengan mata yang sayu cewek itu memperhatikan orang-orang yang ada di hadapannya. Ketika dilihatnya Ryan yang keki lantaran diketahui telah mengerjai teman-temannya itu, ia segera menghampirinya.
“Aku ingin bicara denganmu.”
“Bicara soal apa?” Ryan balik menanyainya.
“Aku benar-benar sangat menyesal mengapa dulu pernah mengenalmu. Betapa bodohnya diriku yang mempercayai semua janji manismu. Dulu kau berjanji akan selalu menjagaku tapi akhirnya kau ingkari jua. Kau pergi dan tak pernah kembali …,” ujar Linda sembari melemparkan benda yang ada di genggaman tangannya pada Ryan dan dengan cepat cowok itu berhasil menangkapnya. Entah apa yang ada di dalam pikiran cewek itu? Ia seperti orang yang tengah kehilangan kesadaran saja. Ia pun berlalu meninggalkan cowok itu.
Ryan terbengong, tidak mengerti akan arah pembicaraan Linda barusan. Sama seperti apa yang dirasakan oleh teman-temannya.
“Dasar cewek aneh! Dengan susah payah aku menyelamatkannya, tapi malah aku yang dijadikan pelampiasan kemarahannya,” Ryan tersenyum kecut, yang membuat teman-temannya terpingkal-pingkal, lalu membuka kepalan tangannya. Diamatinya kalung dari benang yang dihiasi dengan sebuah liontin cantik yang berbentuk mawar itu dengan seksama. Mirip sekali dengan kalung yang telah dibelinya ketika ia masih kecil. Tiba-tiba rasa sakit menyeruak ke dalam dadanya. Karena tidak mau berlarut-larut dalam rasa sakit itu, akhirnya Ryan menyimpannya.
***
Linda menyusuri lorong rumah sakit itu dengan bercucuran air mata. Satu-persatu memory pahit yang menyesakkan dadanya mulai berhamburan keluar. Pembantaian kakek dan saudara-saudaranya sampai pada pembunuhan Nisa, sahabatnya. Mengapa ia harus menyaksikan orang-orang yang dikasihinya itu meregang nyawa di hadapannya dengan cara yang sangat tragis? Mengapa bukan darahnya saja yang dialirkan untuk mengakhiri permusuhan ini? Mengapa …?
“Mereka telah merampas semua milikku, tapi mengapa kamu masih diam saja? Apa kamu tidak dapat merasakan penderitaanku ini? Aku sangat membutuhkanmu dalam melalui semua ujian ini,” Linda tergugu pilu. Ia merogoh sakunya, mencari sebuah benda yang sangat berharga baginya. Benda yang ia jaga dengan taruhan nyawanya.
“Mana kalungku?” tanyanya panik begitu tidak mendapati benda itu di sakunya. Ia pun mencarinya ke mana-mana, dan menanyakan benda itu pada setiap orang yang ditemuinya. Karena tidak juga mendapatkan hasil, akhirnya ia berlari kencang menuju ke tempat teman-temannya semula. Siapa tahu ada salah satu di antara mereka yang dapat menemukannya.
“Apa kalian melihat kalungku?” tanyanya yang masih tersengal-sengal.
“Nggak,” pungkir Ryan.
Mereka mendesah pelan. Dalam situasi yang seperti itu, Ryan masih sempat-sempatnya menyalurkan hobi kegemarannya itu. Dasar cowok jahil!
“Aduh, di mana ya …?”
Ryan hampir tak kuasa menahan deraian tawanya kala melihat ekspresi Linda yang sangat kebingungan. Mata cewek itu sampai berkaca-kaca karena sedih kehilangan benda yang sangat berharga baginya itu.
“Sudahlah lupakan saja kalung jelek itu!”
“Kalau kamu nggak mau membantuku mencarinya, tak mengapa. Tapi, jangan kamu menghinanya karena itu hadiah terbaik dari seorang sahabat yang pernah kumiliki!” tegas Linda. Ia sangat sedih karena cowok itu tidak ingat akan cerita indah di baliknya.
“Maaf jika kata-kataku tadi menyinggung hatimu. Kalau boleh aku tahu, seperti apa sih dia.”
Ryan meminta maaf? Baru sekali ini cowok itu bersedia mengakui kesalahannya dan menghentikan kejahilannya. Mereka seakan tidak percaya mendengarnya. Benar nggak sih cowok itu Ryan yang selama ini mereka kenal?
“Dulu dia sangat baik padaku. Dialah yang menemaniku melewati masa tersulit dalam hidupku. Tapi sekarang, aku tidak tahu lagi bagaimana keadaannya sekarang. Mungkin juga dia telah berubah menjadi pribadi yang lain.”
“Tidakkah engkau rasai dia masih seperti yang dulu. Selalu merinduimu. Meski angin telah membawanya pergi, dia terus meniti dalam bayang nan sepi. Ingin dia tuangkan asa di sanubari, aku akan kembali untukmu. Hanya untukmu. Karena engkau telah kusimpan di dalam hatiku.”
Ryan tidak tahu mengapa lisannya tergerak untuk menuangkan kata-kata itu. Mungkinkah cewek yang ada di hadapannya itu adalah mawar putih yang selalu dinantikannya selama ini? Kalau kenyataannya memang demikian, mengapa ia harus menutupi tentang jati dirinya? Mengapa tidak berbagi saja beban derita agar kesedihan yang mendalam di mata sayu itu dapat berkurang?
“Siapa kamu?” tanya Linda ingin memastikan apakah ia masih mengingat kisah pertemanan mereka di waktu masih kecil dulu.
“Akulah kumbang kelana yang haus kasih sayang. Telah beribu-ribu kali kutapaki duri-duri yang tajam untuk meraih pelita pujaan. Sang permaisuri hati nan kuimpikan di setiap siang dan malam.”
Huh … dasar playboy! omel Linda di dalam hati. Bisa-bisanya cowok itu merayunya di depan Andin. Melihat cewek itu yang bersusah payah menahan api cemburu, ia merasa iba padanya. Begitu banyak cowok baik di dunia ini, mengapa cewek itu malah jatuh hati pada playboy kelas kakap itu? Untuk menumpahkan rasa kesalnya, ia berniat mengerjai cowok itu sampai pusing tujuh keliling.
“Aku tahu kamu pasti akan kembali. Tak peduli walau segetir apa pun cabaran hidup ini, dengan sedikit harapan yang tersisa semua akan terasa ringan. Biarlah hati tergores sayatan luka karena waktu pasti akan berlalu untuk menyembuhkannya.”
Linda sukses menipu Ryan dengan kilatan matanya yang basah. Cowok itu sampai merasakan hatinya bagai disayat sembilu. Ia bahkan bertekad untuk membuat perhitungan kepada siapa saja yang telah merampas keceriaan di mata cewek itu.
“Jangan bersedih lagi, Put! Mulai sekarang akulah yang akan menjaga dan melindungimu. Tidak akan kubiarkan seorang pun menyakitimu!”
Linda tersenyum walaupun hatinya masih diliputi keragu-raguan antara mempercayai kata-kata cowok itu ataupun tidak. Sama seperti apa yang dirasakan oleh Winda dan Vida.
“Eh, ngomong-ngomong nanti malam kamu ada waktu nggak, Put?” Ryan ingin mengajaknya jalan-jalan menghabiskan waktu di bawah pendar cahaya bintang-bintang dan rembulan yang indah.
“Kenapa kamu menanyakan soal itu? Katakan saja yang sejujurnya, apa yang kamu inginkan dariku!”
“Aku ingin merayakan awal dari hubungan kita, Nona manis,” jawab Ryan sembari merekahkan senyumnya.
Pernyataan cowok itu membuat semua orang mulai bertanya-tanya tentang hubungan apa yang dimaksudkan oleh playboy nomor satu itu. Hubungan sahabat, kekasih atau yang lebih serius lagi seperti pertunangan atau bahkan hubungan yang dilandasi ikatan suci pernikahan? Semua sibuk menerka-nerka sendiri.
“Hubungan apa maksudmu?”
Tanpa basa-basi cowok itu langsung mengungkapkan perasaannya pada Linda. Ia tidak menghiraukan reaksi yang akan diterimanya sedikit pun jua.
“Merayakan awal dari hubungan persahabatan ini, lalu menikah dan punya selusin anak.”
Kontan semua orang terbelalak seketika.
Menikah? Punya anak? Seriuskah Ryan dengan semua kata-katanya itu? Mungkinkah Linda adalah kekasih sejati yang selalu diimpikannya selama ini? Cowok itu memang sering sekali mengungkapkan perasaannya bahwa ia sangat merindukan kekasihnya yang berada jauh di negeri seberang sana. Selama ini mereka selalu menganggap cowok itu hanya mengibul dan berhalusinasi belaka. Hanya Andre sajalah yang mempercayai kata-katanya.
“Ih, siapa juga yang mau menikah denganmu?!”
Winda dan Vida hanya bisa menggelengkan kepala. Dari sorot mata kedua insan itu terlihat cinta yang begitu tulus. Cinta yang tidak mampu dikikiskan oleh sang waktu yang telah memisahkan mereka selama berpuluh tahun lamanya. Meskipun jasad mereka terpisah, tetapi hati saling merasai. Mereka mulai mempercayai Ryan.
“Ah, jangan berpura-pura tidak membutuhkanku! Aku tahu, kamu butuh seorang cowok yang bisa melindungimu dan kebetulan pula aku sudah bosan hidup sendiri. Bukankah itu suatu kebetulan yang sangat menguntungkan? Kamu bahagia dan aku pun tidak akan merasa kesepian lagi.”
“Ooo … jadi permasalahannya hanya gara-gara kesepian. Kenapa tidak kau bayar saja wanita penghibur untuk menemanimu? Kurasa mereka tidak akan menolak ajakanmu.”
Andre dan yang lainnya mulai dihinggapi rasa was-was karena Linda berani sekali mengucapkan kata-kata itu di depan mata Ryan. Apa yang akan diperbuat oleh cowok itu? Mungkinkah cewek itu akan langsung di depaknya dari genk Pelangi? Atau barang kali diberikan sanksi yang sangat berat?
Ryan tersenyum kecut. Masa ia disuruh memadu cinta dengan wanita penghibur? Sungguh keterlaluan sekali. Belum pernah ia dilecehkan cewek seperti itu. Meski rasa jengkel telah merayapi hatinya, cowok itu tetap bersabar dan terus mencoba untuk mendinginkan api kemarahan yang berkobar-kobar di hati cewek manis itu.
“Ah, tanpa dibayar pun dengan senang hati mereka akan melakukannya. Tapi masalahnya, aku nggak selera sama mereka semua. Lagipula, aku paling sebal sama cewek yang selalu mengejar-ngejar diriku. Aku maunya nikah sama cewek baik-baik.”
“Mana ada cewek baik-baik yang mau menikah dengan cowok yang gemar memainkan perasaan orang? Paling-paling kamu hanya bisa mendapatkan cewek rendahan saja!” sinis Linda.
Ryan terkesiap. Begitu pun dengan teman-temannya.
“Apa kamu ingin menantangku? Oke, kalau itu yang kamu mau. Aku akan buktikan padamu kalau aku bisa mendapatkan cewek manapun yang aku suka. Termasuk kamu!”
“Mendapatkan aku? Jangan mimpi kau!” Linda ngeloyor sebal sembari menarik lengan Winda dan Vida untuk mengikutinya.
“Kita lihat saja nanti. Kamu pasti akan bertekuk lutut padaku!” teriak Ryan memanas-manasi hati cewek itu. Ia merekahkan senyum kemenangannya dengan sepuas-puasnya.
Dengan rasa sebal yang menggunung tinggi, Linda meninggalkan teman-temannya. Ia tidak habis pikir, mengapa ia dapat bertemu dengan cowok yang tidak tahu malu itu? Karena terlalu asyik dengan pikirannya itu, ia tidak menyadari kalau ada seseorang yang terus mengamati gerak-geriknya. Ia berjalan mendekati Linda, lalu mencengkramnya dengan sebuah belati yang sangat tajam. Seketika semua mata yang memandangnya menjerit histeris.
“Aaaa …!”
Ryan dan teman-temannya yang mendengar lengkingan suara itu terkejut, lalu mereka menuju sumber dari kegaduhan itu. Betapa terpengarah kala mereka menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan itu.
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Linda. Ia merasa heran mengapa cewek itu tiba-tiba saja menyandera dirinya. Memangnya ada urusan apa di antara mereka berdua? Setahunya, ia tak memiliki masalah dengan cewek itu. Bahkan ia tak mengenalnya sama sekali. Mengapa cewek itu bisa melakukan hal sebodoh itu? Apa yang diinginkannya?
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Linda mencoba bersikap setenang mungkin. Sekilas pandangan matanya tertuju pada Ryan. Ia merasa jengkel karena cowok itu tak bertindak apa pun untuk menolongnya. Ketua genk macam apakah dia? Ada anggota genknya disakiti bukannya menolong, eh … malah masih berdiam diri. Dasar cowok menyebalkan!
“Aku ingin menghabisimu,” jawab cewek itu.
Linda terbelalak. Menghabisinya? Mungkinkah cewek itu salah satu dari para pembunuh bayaran yang mengincar nyawanya? Tetapi, kalau dilihat dari aksinya sepertinya bukan. Para pembunuh bayaran yang selama ini dikenalnya itu akan langsung menyerangnya tanpa ampun. Jika ada kesempatan, mereka pasti akan langsung membunuhnya seketika itu jua. Mereka takkan memberikan kesempatan padanya untuk melakukan perlawanan.
Ryan sengaja membiarkan Linda. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh mantan ketua genk Divya itu untuk mengatasi masalah itu. Tentu saja sikapnya yang tak seperti biasanya itu menimbulkan berbagai macam pertanyaan di hati teman-temannya. Mengapa cowok itu masih terlihat tenang-tenang saja? Tak takutkah ia kalau sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada cewek manis itu?
“Memangnya apa salahku?”
“Kamu masih bertanya apa salahmu? Aku tak suka melihatmu mendekati pangeran Pelangi!” jawabnya dengan nada yang penuh kebencian.
Sungguh alasan yang sangat menjengkelkan hati Linda. Mengapa ia selalu saja dituduh ingin merebut hati cowok itu? Memangnya dirinya itu tipe cewek penggoda apa? Menyebalkan!
“Silahkan saja kamu membunuhku. Toh kamu pun takkan mendapatkan apa-apa. Begitu keluar dari sini, polisi akan menangkapmu. Lalu, memasukkanmu ke dalam bui. Di sana kamu hanya bisa meratapi diri, sementara Ray tengah bercanda ria dengan mangsa barunya.”
“Diam!” geram cewek itu.
Sama seperti yang dirasakan oleh cewek penyandera itu, Ryan pun merasa kesal pada Linda jua. Mengapa cewek itu selalu saja melontarkan kata-kata yang pedas padanya? Kayaknya di matanya dirinya hanya seorang makhluk yang sangat kotor dan menjijikkan.
“Kau yang harus diam! Coba pikir baik-baik! Meski kau bunuh aku sekali pun, pasti akan muncul beribu-ribu cewek yang akan merebut perhatiannya. Daripada kau pusing menyingkirkan mereka semua, lebih baik kau bunuh saja Ryan agar sakit hatimu terbalas!” bujuk Linda sembari mengarahkan jari telunjuknya pada cowok yang ada di hadapannya itu.
Wua …! Anak-anak Pelangi terbelalak tak percaya. Sebesar apakah kebencian Linda pada cowok itu sampai ia mengompori cewek itu untuk membunuhnya saja.
Mengapa tak kau sabetkan saja pedangmu agar terbayar sudah semua kebencianmu? Biar kau puas! gerutu Ryan di dalam hati.
“Diam kau, cewek brengsek! Akan kubungkam mulutmu yang bawel itu untuk selama-lamanya!” hardik cewek itu seraya hendak menghujamkan belatinya dengan kekuatan penuh. Seketika itu juga, darah Linda mengalir cepat. Ia menutup matanya rapat-rapat.
“Aaaa …!” jerit semua orang panik.
Meski sejengkel apa pun, Ryan tak tega membiarkan Linda disakiti orang lain. Ia memencet tombol hitam di jam tangannya. Muncullah jarum putih berkilauan dari dalamnya, lalu ia menjelintikkannya untuk mengarahkannya pada cewek penyandera itu. Jarum itu meluncur cepat mengenai cewek itu hingga membuatnya tersungkur. Darah anyir berceceran di mana-mana. Dengan menahan rasa nyeri yang dalam, cewek itu bangun, lalu berlari meninggalkan tempat itu.
Semua bisa bernafas lega kembali. Di saat yang bersamaan, Linda membuka matanya. Ia bersyukur karena akhirnya bisa terlepas dari cengkraman cewek gila itu. Ia pun mulai bertanya-tanya, siapa gerangan yang telah menyelamatkannya.
“Kau itu benar-benar keterlaluan, Ray! Kerjaannya cuma menyakiti hati cewek saja. Gara-gara kau, nyawaku hampir melayang, tau!” kata Linda menumpahkan kekesalannya pada cowok itu.
“Tenanglah, Put. Kamu pasti akan baik-baik saja. Mana mungkinlah aku membiarkan calon istriku diganggu orang!” goda Ryan seraya tersenyum nakal. Tentu saja hal itu membuat Linda semakin kesal saja. Kok masih ada cowok segila itu di dunia ini?
“Dasar gila!” Linda ngeloyor sebal sembari menarik lengan Winda dan Vida untuk meninggalkan tempat itu. Bisa stres ia kalau berada lama-lama di dekat cowok itu.
“Sebentar lagi, aku pasti akan mendapatkanmu!” teriak Ryan sekencang-kencangnya yang membuat genderang telinga Linda semakin kepanasan. Ya, cowok itu memang telah kembali. Ia bukan kembali untuk melepaskan segenap rindu setelah perpisahan yang panjang tetapi malah mengukuhkan posisinya sebagai cowok playboy kelas tinggi di genk Pelangi.

Komentar