Dawai Cinta dan Persahabatan part 9


Bunga-bunga Impian Mulai Bermekaran
“Bidadari turun dari negeri kayangan. Menuruni telaga yang murni. Bersayapkan bintang-bintang dan bermahkotakan rembulan. Lalu menyinggahi bumi. Sang pujangga terbuai mimpi. Meraih permaisuri hati,” kata Ryan berbinar-binar. Dalam sekejap paras Linda yang sangat menggoda menjelma di pelupuk matanya.
Teman-temannya terheran-heran melihat cowok itu yang nggak seperti biasanya. Jangan-jangan dia mulai gila gara-gara nggak kunjung mendapatkan permaisuri yang selalu diimpikannya. Mereka memandang kasihan pada cowok malang itu. Hanya segelintir orang saja yang tahu akan penyebab dari keanehan cowok itu dan mereka pun memberikan reaksi yang berbeda-beda. Ada yang menggeleng-gelengkan kepala seperti Andre, Alex, Reni dan Tya. Ada pula yang hanya memendam rasa marah di dalam hatinya seperti Andin dan ada yang hanyut dalam pikirannya sendiri seperti Fred dan Frans. Namun ada pula yang mengeluarkan isi hatinya dengan terus terang pada cowok itu.
“Lambaian ombak menghanyutkan impian. Menerbangkannya ke awan-awan. Meruntuhkan langit biru. Mengiris asa di kalbu dengan sembilu. Menyisakan memory yang sendu. Membingkainya dalam bayangan yang tak mungkin untuk dilupakan,” Lya tersenyum sinis.
“Ha…ha…ha…”
“Apa gerangan yang membuat tutur katamu berubah menjadi setajam pedang? Mengiris bintang-bintang yang sedang berpijar. Menorehkan goresan pada langit jingga. Meninggalkan luka. Menyisakan sunyi di dalam jiwa,” binar-binar di mata Ryan mulai meredup mendengar kata-kata pedas dari cewek yang biasanya selalu bersikap lembut itu.
“Tak ada asap kalo apinya tak dinyalakan. Aku tak keberatan engkau mencari permata hati. Tapi peliharakan diri. Dia bagai rembulan yang tak selayaknya engkau sakiti.”
Ryan mendesah pelan. Lya pikir dia ingin menjadikan Linda sebagai kelinci percobaan dalam cerita cintanya. Mengapa nggak ada yang percaya kalo dia benar-benar ingin mencari pendamping hidup untuk mengiringi langkahnya? Rasanya susah sekali untuk mencari orang yang bisa mempercayainya. Dia juga tidak mengerti ada hubungan apa antara Lya dengan cewek itu sampai dia semurka itu. Dia pun berusaha mencari jawaban dari pertanyaannya itu padanya.
“Kutanyai bintang. Ada apa gerangan? Mengurai sunyi. Hanya kelam yang menyelimuti.”
“Aku tiada mengenalnya. Namun ikatan jiwa menyatukan asa. Menyiraminya dengan untaian kata. Seindah permata.”   
“Oh, ya?!”        
Para pencari bidadari menghampiri peri. Menyapanya dengan lembut sekali. Menuangkannya dalam untaian kata. Mengalunkannya dalam irama. Merangkainya dalam sebuah nada yang menyejukkan jiwa.        
“Kenalkan sama kita-kita, Lia!” bujuk mereka manis.
Pelangi bersembunyi dalam diri. Membentuk telaga yang sunyi nan sepi. Mengiris hati. Menjadikannya malam nan pasi.       
“Jangan engkau ganggu dirinya! Biarkan ia merajut mimpi di sanubari. Bernyanyi merdu. Mengalunkan irama nan syahdu. Membalut goresan luka di hati agar terciptalah seberkas cahaya nan indah,” sergah Frans. Dia tidak tega melihat cewek kesayangannya itu sedih lantaran merasa khawatir akan nasib teman barunya itu.
Seberkas senyuman merekah indah. Pelipur segala lara yang bermuara di dalam dada. Menyiraminya dengan pelita secerah cahaya.               
“Sudilah kiranya engkau berbagi ruang dengan kami agar cair segala teka-teki di hati. Jangan biarkan kami merana. Menerka-nerka. Mengharap sebuah jawaban nan tak pernah ada!” bujuk Ryan.      
“Kemana perginya anak-anak emas Pelangi dahulu? Yang telah menorehkan tinta emas pada sejarah yang panjang. Ke mana mereka? Jiwa-jiwa pemberani yang tak kenal kata berputus asa. Hilang ditelan bumi? Atau melebur seiring waktu nan terus berlalu? Meski begitu, kami tetap optimis mereka akan kembali. Barangkali mereka butuh waktu untuk membenahi diri,” sindir Lya.
Susah sekali rasanya melunakkan hati cewek itu. Hal itu nggak cuma dirasakan oleh Ryan tapi juga Fred dan Frans. Mereka hampir-hampir saja putus asa karena tidak mendapatkan informasi apa pun dari Lya tentang cewek itu.                
“Percuma saja bicara dengannya, Ry! Moodnya sangat buruk hari ini,” timpal Fred.
“Siapa sih yang sedang kalian bicarakan?” tanya Fay penasaran. Habis dari tadi teman-temannya itu ngomongin soal cewek itu mulu. Siapa sih cewek yang telah membuat cowok-cowok itu sampai mabuk kepayang begitu?       
“Green Princes,” jawab Ryan, Fred dan Frans kompak.     
Green Princes? Siapapun dirinya pastilah dia cewek yang sangat istemewa. Dia tahu persis selera cowok-cowok itu sangat tinggi sekali tentang kriteria cewek idaman mereka.       
“Kenapa aku tidak diberitahu?” kejar Adri. Jiwa pejuang cowok play boy itu kini mulai muncul kembali. Dia pun merasa penasaran pada cewek itu dan tak sabar lagi untuk bisa memilikinya.
“Rembulan menyapa dengan tiba-tiba. Bintang-bintang berpendar ceria menyambutnya dengan cinta. Lalu ia pun menghilang meninggalkan duka,” jawab Ryan lirih mengungkapkan perasaan yang ada di dalam hatinya dan sekaligus mewakili apa yang dirasakan oleh kedua sahabatnya itu.           
Semua orang yang ada di sana terpingkal-pingkal menyaksikan pemandangan yang lain dari biasanya itu. Rasanya baru kali ini ketiga cowok play boy paling top di Pelangi itu bisa patah hati gara-gara seorang cewek.      
Para pencari bidadari bersedih hati. Bermahkotakan kelabu. Bersayapkan pilu. Menariknya dalam irama nan sunyi. Bertaburkan duri.
“Pangeran beserta Ksatria Merah dan Muda terkena luka. Pelangi yang merasakan sakitnya. Tercabik-cabik pilu. Pahitnya melebihi empedu. Bermandikan air mata yang menyesakkan dada,” seru Eki yang mencoba untuk menggambarkan perasaan ketiga cowok itu.
“Aku ini seorang pangeran sejati. Tidak akan menangisi sepi. Walaupun terpatri dalam peri. Terperangkap dalam awan hitam. Kuterus menerjang. Menghalau cabaran dengan kesabaran,” kata Ryan menanggapi perkataan dari cowok itu.
Mereka terdiam dalam alunan musik yang sendu. Tenggelam dalam lautan kelu. Menjamah Lumpur yang dalam. Terperangkap dalam kesedihan.
Di tengah-tengah kesedihan itu tiba-tiba masuklah Pak Ihsan, dosen kesayangan mereka. Beliau merasa heran dengan keadaan para mahasiswanya yang terlihat sangat lesu tidak seperti biasanya itu.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam,” jawab mereka lesu.
“Sinar mentari begitu indah. Mencerahkan jiwa. Namun entah apa sebabnya Pelangi meredup diri? Kutanyai matahari. Hanya sunyi yang aku dapati.”
“Awan hitam menghinggapi diri. Menertawai mimpi. Merangkai kabut dicelah kalbu. Menyiraminya dengan empedu,” jawab Fred mewakili teman-temannya.
“Bidadari datang membawa risalah hati. Merajut taman yang sepi. Menghiasinya dengan mutiara. Penawar luka,” hibur beliau.
“Para bidadari datang menghampiri. Tak satupun yang memikat hati. Aku mencarinya ke ujung bumi. Namun tak jua kutemui,” lirih Ryan.
“Seorang bidadari menyinggahi Pelangi. Parasnya yang anggun menebar wangi. Tutur sapanya nan menawan menyinari hati. Membuainya dalam mimpi nan berseri-seri.”
Mereka tersenyum kecut.
“Silahkan masuk, Nak!” kata Pak Ihsan mempersilahkan. Seorang cewek melangkah dengan anggunnya dan berdiri di samping beliau. Dia pun segera menyapa mereka dengan bahasa hangatnya. Lya, Tya, Reni, Andin, Andre dan Alex benar-benar surprise melihat kehadiran cewek itu. Mereka tidak menyangka Linda sekelas dengan mereka.
“Hi, semuanya!”
Alunan suara menggema di udara. Membuka tirai pencari mimpi. Membawanya dari kegelapan menuju beribu-ribu cahaya nan berpijar dengan keanggunan.
“Hi, juga.”
Cahaya mata mulai bersinar. Bunga-bunga impian mulai bermekaran. Menyelinap di balik awan. Menuju rembulan.
“Oh, my Green Princes yang sangat menawan. Jangan engkau bersembunyi di balik rembulan! Turunilah telaga rindu. Menyiraminya dengan madu cintamu,” ujar Ryan tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
Linda terbelalak. Dia tidak mengira akan bertemu dengan cowok play boy itu lagi. Mengapa dunia ini rasanya selebar daun kelor saja ya?
“Merdunya suaramu tak menggetarkan kalbu. Menepisnya dalam sayu. Menaruhnya dalam perunggu. Tak membekaskan rindu,” Fay tergelak-gelak yang diikuti dengan deraian tawa yang membahana dari semua penghuni kelas itu.
Belum juga hilang rasa terkejutnya Linda muncul lagi yang lainnya.
“Jangan engkau membungkus kecantikanmu dengan malu! Turunilah singgasanamu. Menyapa hati nan galau ini dengan lembut. Menyingkap kabut,” Adri turut meramaikan suasana pula.
Siapa pula nih cowok? Dari nada bicaranya pasti deh dia juga masuk dalam kategori play boy kelas atas di sini.
“Rembulanku bertajuk intan. Menghiasi hati ini dengan warna nan mempesona. Melebur duri-duri yang menghalangi. Meruntuhkan tirani,” ujar Fred.
Linda terkejut ternyata cowok play boy itu juga satu kelas dengannya.
“Anganku menerawang ke awan. Merona dalam senja. Mengukir rindu. Menjemput sang putri dari balik kelambu,” ujar Frans bersemangat sekali.
Ha… dia juga ada di sini! Lengkap sudah cowok-cowok play boy itu berada satu kelas yang sama dengannya. Linda tidak bisa membayangkan bagaimana sukarnya menghadapi kenakalan mereka.
Anak-anak Pelangi terpingkal-pingkal melihat para play boy paling top di kelas mereka itu tidak bisa menaklukkan hati cewek itu.
“Rembulan merunduk menyapa bintang. Menembus pelita dengan hati nan suci. Namun tak sepatahpun terurai. Hati nan tulus ini menyimak keanggunannya. Tak ada untaian kata yang mampu menuangkannya. Hanya seberkas memory yang mengukir seri,” puji Ryan.
“Jika kalian tak memberiku peluang, bagaimana aku bisa berujar? Haruskah kutelusuri sunyi. Merangkai kata dalam sepi,” Linda menarik nafas panjang.
Mereka terdiam.
“Aku tahu kalian cowok-cowok play boy paling top di sini. Mudah sekali bagi kalian membuai mimpi anak-anak cewek dengan rayuan yang semanis madu. Tapi, nggak semua cewek bisa kalian perdayai.”
Butiran peluru bagai menghujani kalbu. Merintihlah hati menahan kelu yang membaur dalam segores peri di sanubari. Kini tinggallah seberkas rasa malu yang menyelimuti diri.          
Deraian tawa semakin menggema di angkasa.
“Makanya kalian jangan suka meremehkan cewek!” ledek Lya. Rasanya dia sangat bahagia sekali melihat para play boy yang tidak bisa berkutik itu.
“Jangan begitu, Lya!” protes Frans.
“Seorang ksatria sejati akan menerima kekalahan dengan lapang hati. Menjadikannya pelajaran yang sangat berharga. Kemenangan hakiki manakala engkau sudi menerima kekurangan diri dengan rendah hati. Barulah engkau dapat merasakan manisnya sebuah kebahagiaan,” ujar cewek itu yang membuat Frans tak mampu berkata-kata lagi.
“Sudilah engkau memperkenalkan diri. Merangkai kata untuk menunjukkan cahaya. Mengiringi langkahmu menuju Pelangi nan seri. Merangkainya dalam indahnya tali persahabatan,” pinta Ryan.
“Aku, Linda. teman baru kalian. Mohon bimbingannya.”
“Sama-sama, Put. Kami juga meminta saranmu untuk kebaikan Pelangi yang kita cintai ini,” kata mereka menyambut hangat atas kedatangan cewek manis itu.
“Duile… yang seide senang sekali niye…!” goda keempat cowok play boy paling top di Pelangi itu. Siapa lagi kalo bukan Ryan, Fred, Frans dan Adri.
“Tentu saja kami sangat senang menyambut kedatangan Putri. Kehadirannya memberikan kesejukan di antara panasnya ulah para play boy macam kalian yang selalu membuat gara-gara di mana-mana!” kata mereka kecuali Andre dan Alex yang masih menimbang-nimbang pilihannya.
“Jangan gitu dong!” protes keempat cowok itu. Masa mereka dikatain pembuat gara-gara sih? Mereka kan hanya ingin mencari cewek yang selevel saja.
“Emang seperti itu kenyataannya.”
“Suatu kenikmatan yang patut untuk disyukuri,” ujar Andre bahagia.
“Kok kamu ngebelain mereka sih, Dre? Kamu kan teman kami!” protes Ryan pada sahabatnya itu.    
“Ngapain juga aku ngebela kalian? Orang jelas kalian yang salah. Sukanya mempermainkan anak-anak cewek mulu!”        
“Bilang aja kalo kamu mau menyingkirkan kami kan?” tuding cowok itu.
“Emang kalian patut untuk disingkirin kok,” jawab Andre sembari tertawa-tawa. Ryan yang sedang gemas mengacak-acak rambut cowok itu.
“Rambut kesayanganku jangan dijadikan korban dong!” protes Andre.
“Ha…ha…ha…”
“Aku kira, Alex nggak seperti Andre,” ujar Adri dengan penuh percaya diri. “Iya kan, Lex?”
“Mm…gimana ya…?”
“Ada apa lagi?”
“Apa yang dibilang mereka itu benar.”
“Hah… kamu juga ikut-ikutan seperti mereka pula?”       
“Emang apa salahnya?”
Adri kesal sekali.
“Kalo begitu, gabung aja sama mereka! Jangan sama kita-kita!”      
“Oh… dengan senang hati, Dri!”    
Adri sewot sekali. Dia mencondongkan tubuh ke arah cowok yang berada di sampingnya itu. Dia menyobek selembar kertas dari buku tebalnya, lalu menjadikannya potongan-potongan kecil dan menaburkannya di atas kepala sahabatnya itu. Sontak Alex sangat terkejut.   
“Apa-apaan ini?!” omelnya sembari menepisnya jauh-jauh yang bikin semua orang yang ada di sana terpingkal-pingkal. “Sampai kapan aku harus bersabar menghadapi cowok yang amburadul seperti ini?!” gerutunya.
“Sampai akhir nafasmu,” Adri makin terpingkal-pingkal saja.    
“Kenapa Tuhan mengirimkanmu padaku?!” teriak Alex sekencang-kencangnya.        
“Biar kamu makin stress, Lex.”              
“Kamu doain aku?!” 
Adri mengangguk.
Alex hendak melayangkan tinjunya namun dengan gesit Adri menangkis dengan senjata pamungkasnya.       
“Ayo, hajar saja! Nggak usah ragu-ragu. Sebentar lagi kamu pun akan menjadi seperti aku pula. Cowok yang kasar dan berantakan,” seru Adri dengan senyuman menantang.
“Nggak akan pernah!” sahut Alex sembari menarik tanganya kembali yang membuat semua orang terpingkal-pingkal.
Ryan sudah bosan berdiam diri lama-lama. Diapun mulai menjalankan aksinya kembali.
“Dengan segenap jiwaku, kuucapkan welcome to…” ujarnya menggantung sembari tersenyum manis. Dia berharap teman-temannya akan meneruskan kata-katanya. Mereka pun menanggapinya namun agak sedikit melenceng dari apa yang diharapkannya.  
“My heart,” seloroh mereka yang bikin Ryan terkejut.
“Yihaaa… si Putri jadi milik Ryan, euy! Andhika Reindra Permana yang macho dan paling gateng sekolong langit,” para Ksatria tertawa-tawa.
“Andhika?” Linda mengernyitkan dahi.
“Panggil aja Ryan. Orang yang paling beken di dunia,” sesumbarnya. Dia tidak mengira ternyata namanya sudah sangat populer di kalangan anak-anak cewek sampai-sampai Linda pun mengenalnya pula.
“Ooo… jadi kamu, si Andhika yang suka bikin gara-gara itu kan?!”
“Waaa…!”
Ryan terbelalak. Seenaknya saja cewek itu ngatain orang sembarangan. Emang kapan dia pernah bikin gara-gara dengan anak-anak cewek? Semua orang juga tahu kalo kelemahan terbesar dirinya adalah cewek. Ya, meski selalu bikin gara-gara di mana-mana tapi dia nggak akan mau menyakiti hati cewek manapun juga.
“Emangnya aku salah apa?” sungut Ryan.
“Kamu yang membuat anak-anak cewek jadi tercerai-berai.”
“Apa aku nggak salah dengar?! Darimana kamu dapetin pikiran itu?”
“Semua anak-anak cewek di mana-mana sedang membicarakanmu. Mana mungkin aku nggak tahu.”
“Wah… ternyata aku setenar itu rupanya!” Ryan tersenyum kecil. “Apa kamu pun termasuk salah satu di antara mereka? Kalo itu benar, aku akan memberimu kesempatan untuk jadi cewekku.”
“Oh… terima kasih. Tapi sayang, aku nggak berminat sama sekali!”
Ryan terbelalak. Sementara teman-temannya terpingkal-pingkal. Rasanya baru sekali ini ada cewek yang menolak mentah-mentah tawaran bagus dari cowok itu.
“Benarkah kamu nggak tertarik padaku? Atau hanya berpura-pura belaka? Kamu inginkan yang lebih dari itu kan? Kamu ingin menjadi permaisuriku!” tudingnya.
Linda mendongakkan kepala.
“Permaisuri?” Linda tersenyum sinis. “Masih banyak yang harus aku lakukan daripada berkhayal menjadi permaisurimu.”
“Kenapa?”
“Aku nggak mau jadi kelinci percobaanmu. Kamu kan cowok play boy yang suka gonta-ganti pasangan melulu.”
Ryan tersenyum geli. Ada-ada saja cewek yang satu ini. Orang dia sungguh-sungguh ingin mencari pendamping hidup kok malah dikatain yang macam-macam.
“Siapa yang mau menjadikanmu kelinci percobaan? Kamu nggak mengerti apa yang aku utarakan tadi? Aku… ingin menjadikanmu seorang permaisuri!”
“Aku nggak mau,” kata Linda dongkol.
“Ah, jangan pura-pura! Kamu suka kan?” seringai Ryan.
“Sampai seribu kali pun, aku akan selalu bilang nggak mau!” ketus Linda yang diiringi deraian tawa teman-temannya.
Ryan tersenyum kecut.
“Boleh aku tahu, ada perhitungan apa di antara kita?”
Suasana semakin riuh saja.
“Maksudmu…?” Linda balik bertanya.
“Aku ini bukan anak bego. Aku yakin, dalam hatimu ada perasaan nggak enak padaku. Jangan-jangan kamu ingin balas dendam padaku ya?!”
 Linda tertohok seketika. Mungkinkah cowok itu dapat merasakan apa yang ada di dalam hatinya? Rasa benci, kecewa dan rindu yang bercampur jadi satu. Inikah cowok yang selalu dirindukannya selama ini? Cowok yang sangat gemar sekali mematahkan hati anak-anak cewek. Berat rasanya dia menerima kenyataan pahit itu.
“Kamu jangan asal menebak, Ray!”
“Aku yakin feelingku benar!”
Suasana menjadi hening seketika. Tak berapa lama kemudian sebuah suara menggema di udara.

Komentar