Bukalah Tirai Emasmu!
“Linda itu seperti apa, Dre?”
“Parasnya yang elok menyingkap tirai bidadari. Memancarkan keteduhan di tengah gemuruh ombak nan tak bertepi. Melebur karat-karat yang mengkristal di hati. Penawar luka di sanubari.”
Alex menyimak untaian kata-kata itu dengan seksama. Jiwanya melayang ke negeri impian. Negeri yang berada nan jauh di sana. Di dalam buaian mimpi indahnya, mengalir bersama aliran darahnya dan mengkristal di dalam setiap helaan nafas panjangnya.
“Bidadari turun dari kayangan. Berlabuh di padang Pelangi yang gersang ini. Sinarnya menyapa negeri dengan lembutnya. Selembut sutera abadi. Mengalahkan sinar mentari nan berwarna-warni. Berpijar pada gugusan bintang yang berada di kerajaan hati.”
“Tak sabar rasanya hati ini untuk berjumpa dengannya,” kata Alex berseri-seri.
“Sebentar lagi kamu pasti akan berjumpa dengannya.”
***
Ryan dan kedua sahabatnya berhasil mengejar Linda. Mereka berusaha meraih simpati dari cewek itu dengan mengeluarkan seluruh kemampuan yang ada.
“Terimalah uluran tangan pangeran yang sangat menyayangimu dengan setulus hati ini! Niscaya akan kupersembahkan sebuah istana kecil di atas permadani nan indah sekali,” rayu Ryan.
“Permadani apanya? Paling-paling cuma batu-batuan saja!” ledek Frans dan Fred serempak.
“Bagaimana dengan diri kalian sendiri?” sindir Ryan membalas ledekan mereka.
“Aku juga sedang berusaha untuk merangkai kata-kata yang indah. Cuma…” belum sempat Fred meneruskan kata-katanya Ryan lebih dahulu memotongnya.
“Belum kelar kan?” ledeknya.
“Bukan belum kelar, Ray. Tapi, belum beruntung saja. Iya kan, Fred?” bela Frans.
Fred mengangguk.
“Lebih baik kalian ke kelas daripada gangguin orang mulu!” bujuk Linda.
“Ya… putri. Dikawal sama cowok-cowok kece kok nggak mau. Ntar rugi lho!”
“Aku nggak membutuhkan kawalan dari kalian,” tolak Linda lembut.
Meski mendapatkan penolakan dari Linda namun cowok-cowok itu tidak juga menyerah. Mereka semakin gencar melancarkan aksi mereka.
“Bukalah tirai emasmu! Biarkan kulangkahkan kaki menuju singgasana hatimu. Meleburkan duri-duri yang menggoreskan sayapmu. Kan kubawa kau ke awan. Tempat bertautnya kebahagiaan. Persinggahan negeri impian,” rajuk Ryan.
Linda hanya diam saja. Malas rasanya dia menanggapi rayuan dari cowok-cowok play boy macam mereka. Tentu saja hal itu membuat keinginan ketiga cowok itu untuk memilikinya semakin menggebu-gebu.
“Manis wajahmu menggetarkan kalbu. Mencuri ketenangan jiwaku. Aku terjerat dalam kegelisahan nan panjang. Tertawan rindu nan syahdu mengharu biru. Bara itu tak kan pernah sirna hingga kudapati sebuah kemenangan yang agung,” ujar Fred namun sayang Linda tak jua menanggapinya.
“Aku meniti jalan nan penuh liku. Beribu-ribu cabaran mengganggu. Merejam-rejam kulitku dengan sembilu. Aku terus melaju. Walau dengan sejuta pilu hingga nyanyian kemenangan mengalun merdu,” ujar Frans. Linda tetap tidak bereaksi sedikitpun.
“Beribu-ribu bunga telah aku temui namun tak satupun yang seelok dirimu. Parasmu nan cantik menggetarkan hati. Melayangkan khayalan mimpi-mimpi di sanubari. Kau tawan aku dalam rindu nan tak bertepi. Tiada ujung dan tiada berpenghujung. Jagalah ia dari benalu yang hendak mengganggu. Jangan biarkan ia merana. Mengharap kasih sayangmu. Menunggu selama-lamanya. Sampai akhir nafasnya,” rayu Fred namun kali ini pun dia masih tidak mendapatkan tanggapan apa-apa.
Linda merasa takjub pada kemahiran cowok-cowok itu dalam merayu cewek dengan kata-kata bak seorang pujangga. Pantaslah kalo anak-anak Pelangi menduduki peringkat pertama dalam merayu anak-anak cewek dan tak heran jika mereka menjadi buah bibir di mana-mana.
“Beribu-ribu hari nan sunyi tlah aku lalui. Tak ada senyuman di sudut hatiku. Yang ada hanya hampa yang menyesakkan dada. Hadirmu bawa keceriaan dalam hidupku. Mengukir sejuta pesona nan indah. Seindah intan permata nan menyilaukan mata. Semanis madu dan seharum kasturi nan menebar wangi,” ujar Frans. Seperti yang lainnya dia pun tidak mendapatkan tanggapan apa-apa.
Ryan memandang takjub pada cewek yang ada di hadapannya itu. Baru kali ini dia bertemu dengan cewek yang nggak terpengaruh sedikitpun mendengar rayuan dari cowok-cowok paling beken dalam menaklukkan hati wanita. Rasanya hatinya tak sabar lagi untuk memilikinya. Dia pun mulai merayu cewek itu dengan kata-kata romantisnya.
“Masuklah engkau ke dalam hatiku. Niscaya kan kujaga engkau selalu. Tak kan kubiarkan seribu duka nestapa menjamah hidupmu. Kan kubalutkan berjuta-juta kasihku tuk menghalau beribu-ribu duri yang hendak meretakkan sayap anggunmu. Tak kan ada sedetikpun peri yang menghampiri. Hanya ada seri nan selalu mengiringi hari-harimu. Secerah mentari di musim semi.”
Linda memandang cowok yang ada di hadapannya itu. Jujur baru kali ini dia bertemu dengan cowok yang benar-benar keren. Dia tak hanya memiliki paras nan tampan tapi juga otak yang encer pula. Di antara ketiga cowok itu dialah yang paling mahir dalam merangkai kata-kata bak seorang pujangga. Pastilah cowok itu salah satu orang yang paling berpengaruh di sini. Di tengah-tengah keterkagumannya itu dia dikejutkan oleh lengkingan suara Fred yang sangat keras sekali.
“Pulang sana ke kampung halamanmu!” Fred mendorong Ryan hingga dia terjengkang.
“Kamu kenapa sih, Fred?” tanya Ryan kesal. Dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja sahabatnya itu marah padanya. Emang apa salah dirinya?
“Pergi. Pergi sana!” usir Fred dengan nada yang tinggi sekali.
“Kamu mengusirku?” Ryan terbelalak.
“Iya,” jawab Fred tegas.
“Kamu memang keterlaluan!” kata Ryan meninggi. “Aku tinggalkan segala-galanya demi persahabatan kita. Kutinggalkan semua orang yang aku cintai dan aku kasihi. Bahkan aku rela hidup berjauhan dari orang tuaku sendiri. Kamu pikir, untuk apa aku lakukan semua itu? Untuk siapa?!” Ryan membuncahkan semua amarah yang ada di dalam dadanya.
“Kalo kamu merindukan keluargamu, silahkan pergi. Aku tak kan menghalangimu. Lupakan saja persahabatan kita. Bukankah seenak-enaknya hidup di negeri orang itu, jauh lebih enak hidup di negeri sendiri,” kata Fred sinis.
“Baik. Jika itu yang kamu mau, aku akan pergi. Persetan dengan semuanya!”
“Sana pergi! Tak usah hiraukan aku lagi. Jangan pernah kembali!” teriak Fred sekencang-kencangnya sembari kedua tangannya sibuk mendorong Ryan terus-menerus.
“Dasar cowok nggak tahu terima kasih!”
“Dasar preman Pelangi nggak tahu diri!” balas Fred nggak kalah sengitnya.
“Apa kamu bilang?!” mata Ryan membeliak.
“Dasar preman Pelangi nggak tahu diri!”
“Awas kamu!”
Serta-merta Ryan menyerang sahabatnya itu tanpa ampun. Dengan gesit pula Fred berkelit. Cowok itupun balik menyerang sahabatnya pula hingga pertarungan yang sangat sengit tak mampu terelakkan lagi.
Linda bingung menyaksikan pertarungan yang sangat hebat dari kedua sahabat itu. Tampaknya mereka berdua sama-sama mahir dalam bertarung. Dia tak habis pikir gara-gara masalah sekecil itu mereka jadi bermusuhan dan anehnya lagi Frans malah terlihat tenang-tenang saja. Tak menunjukkan rasa khawatir sedikitpun jua.
***
“Aku lihat, tampaknya kalian tenang-tenang saja menanggapi tantangan dari Frans. Apa kalian telah memiliki rencana untuk mengalahkannya?” tanya Alex.
“Aku nggak bisa memberitahukannya padamu,” jawab Andre. Meski Alex dan dirinya bersahabat baik tapi mereka berdua tetaplah rival dan nggak mungkin dia akan membocorkan rahasia ganknya pada cowok itu. Gank Pelangi dibagi menjadi beberapa gank kecil. Di antara gank yang paling berpengaruh itu adalah ganknya Pangeran Pelangi dan ganknya Ksatria Muda. Ganknya Pangeran Pelangi diketuai oleh Ryan dan dialah yang menjadi pemimpin dari semua gank yang ada di sana. Sementara ganknya Ksatria Muda diketuai oleh Frans.Kedua gank itu saling berlomba-lomba untuk menduduki peringkat teratas dalam segala hal.
“Tenang saja. Aku nggak akan membocorkan rahasia kalian,” kata Alex menyakinkan cowok itu. Dia hanya ingin mengetahui sampai sejauh mana persiapan mereka. Dari dulu dia memang suka bertarung secara sportif.
Andre mulai melunak hatinya mendengar penuturan dari cowok itu. Dia menceritakan salah satu rencana yang telah mereka susun hanya untuk mendapatkan saran dari cowok itu.
“Retaknya hubungan antara Frans dan Leni telah Ryan manfaatin untuk mengerem laju cowok itu.”
“Apa nggak ada cara yang lebih sportif?” Alex tak mengerti mengapa mereka tidak menggunakan cara yang lainnya saja. Bukannya gank mereka terkenal sebagai pencetus ide-ide yang sangat kreatif.
“Itu juga sportif.”
“Kamu dukung rencananya? Kenapa nggak cari cara lain yang lebih baik dari itu?”
“Aku memang mendukung rencana itu asal nggak sampai menimbulkan korban. Lagipula menurutku cara itu nggak kotor-kotor amat.”
“Korban?” tanya Alex bingung. Korban apa yang dimaksudkan oleh cowok itu.
“Tadi di jalan kami bertemu Reni yang sedang bingung mencari Frans. Ryan memberitahu padanya kalo cowok itu sedang merayu cewek di taman belakang.”
“Gila! Apa dia nggak memikirkan akibatnya?”
Andre menelan ludah pahit. Dia pun mulai menceritakan insiden antara Andin dan Reni sama seperti yang dikatakan oleh Reni pada teman-temannya namun ada sedikit yang dia tambahkan.
***
“Kenapa kamu beritahu dia? Apa kamu menginginkan ada perang besar di sini? Apa yang kamu pikirkan?” tanya Andre kesal.
“Tenanglah, Dre. Apa kamu lupa tujuan kita kemari?” tanya Ryan mengingatkan.
“Aku ingat. Kita akan menghalang-halangi laju si Frans bukan? Tapi nggak begini caranya. Apa nggak ada cara yang lebih layak lagi?” Andre merasa keberatan dengan ide Ryan itu.
“Nggak,” jawab kedua sahabatnya kompak.
“Apa kalian nggak malu melakukannya?” sinis Andre.
“Nggak.”
“Kenapa aku bisa berteman dengan cowok-cowok yang sangat menyebalkan seperti kalian?!” dahi Andre berkerut-kerut.
“Jangan terlalu didramatisir begitu. Jika kami pergi, kamu pasti akan kehilangan. Nggak akan ada lagi orang yang setiap waktu senantiasa merepotkanmu,” seru Fred dengan menyuguhkan senyum lebarnya yang bikin sahabatnya itu tersenyum kecut.
“Jangan khawatir, Dre! Aku berani jamin nggak akan ada pertumpahan darah!” bujuk Ryan.
“Janji?”
Ryan mengangguk.
***
“Mereka nggak pernah berubah. Selalu saja bikin ulah melulu,” keluh Alex. Ryan dan Fred memang nggak pernah kehabisan ide untuk membuat gara-gara di mana-mana yang imbasnya pasti Andre yang ikut menanggungnya. Sama seperti dirinya yang harus menanggung ulah dari Frans dan Adri. Belum juga tantangan untuk mendapatkan cewek dalam satu bulan usai, kini sudah membuat ulah lagi. Rasanya nggak ada bosan-bosannya cowok-cowok itu meresahkan hati mereka berdua.
“Aku yakin suatu saat nanti mereka pasti akan berubah,” kata Andre sembari tersenyum simpul.
Alex pun mencoba untuk tersenyum dan memupuk rasa itu di dalam hatinya. Dia pasti akan merasa bahagia sekali jika semua itu benar-benar menjadi kenyataan.
“Kita kejar mereka pake sepatu roda!” saran Alex yang kemudian disetujui oleh sahabatnya itu.
Mereka mengaktifkan sepatu roda mereka dan mengayunkannya dengan kecepatan yang tinggi sekali. Dalam sekejap mereka telah melintasi barisan anak-anak Pelangi yang berada di hadapan mereka.
***
Linda yang melihat pertarungan yang sangat sengit antara Ryan dan Fred itu merasa panik. Dia segera meminta bantuan Frans untuk meleraikan mereka berdua.
“Kenapa kamu diam saja, Frans? Lakukan sesuatu untuk menghentikan perkelahian itu!”
“Tenang saja, Put. Nanti kalo mereka lelah, pasti akan akur kembali,” ujar Frans yang telah mengenal baik kebiasaan mereka.
Kata-kata Frans itu membuat Linda sedikit merasa tenang.
Ryan dan Fred kelelahan karena energinya telah terkuras untuk pertarungan itu. Mereka serempak merebahkan diri di lantai seketika.
“Lihat, t-shirtku rusak gara-gara kamu!” gerutu Fred.
“Sama. Rambutku berantakan gara-gara kamu!” omel Ryan pula.
“Rambutmu masih bisa ditata lagi, sedang t-shirtku nggak akan mungkin dapat diperbaiki. Aku harus pakai apa sekarang?!” ketus Fred.
“Pakai aja kemejaku.”
“Fred pakai kemeja? Apa nanti kata dunia?”
“Seluruh dunia akan bilang kamu itu cowok kece dan makin cool pula kalo kamu mau turutin apa kataku. Kamu nggak usah berkecil hati. Aku juga pakai. Apa ada cewek yang menjauhiku? Mereka makin lengket sama aku kan?!”
“Emangnya perangko!”
Tawa Ryan langsung meledak.
“Kenapa tiba-tiba saja kamu ingat sama musim semi?” selidik Fred.
“Itu cuma kebetulan saja.”
“Kebetulan atau kamu rindu sama ortumu di Tokyo?”
Ryan hanya menerawang ke langit biru. Hatinya telah dipenuhi dengan kerinduan yang menggebu-gebu setelah sekian lamanya dia tidak berjumpa dengan ortunya. Namun karena tidak mau membuat sedih sahabatnya itu, dia mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan perasaannya. Dia tahu Fred sangat khawatir bila kepulangannya ke Tokyo itu akan menjadi akhir dari persahabatan mereka. Cowok itu takut kalo dia tak kan kembali lagi.
“Kan sudah kubilang tadi. Itu cuma kebetulan saja,” jelasnya.
“Temui saja mereka! Aku nggak mau kamu sakit gara-gara menyimpan rindu yang berkepanjangan. Kalo kamu sakit, kan aku juga yang repot.”
“Kapan-kapan aja deh.”
“Benar nih? Nggak nyesel?”
“Nggak.”
Fred langsung mencium pipi sahabatnya itu karena terlalu senangnya.
“Kamu norak sekali!” omel Ryan sambil mengusap pipinya dengan tangan kanannya. Fred hanya terkekeh sementara Linda dan Frans yang melihat mereka tak bisa menahan tawanya. Mereka berdua segera berdiri dan menghampiri Linda untuk menggoda cewek itu lagi.
“Oh, my Green Princes! Hadirlah engkau dalam mimpi-mimpiku. Ronakan hidupku dengan keceriaanmu. Aliri ragaku dengan senyum manismu. Sinari diriku dengan untaian kata indahmu dan teduhkan jiwaku dengan tulus kasihmu. Engkaulah permata hatiku. Sang permaisuri nan slalu kurindu,” kata Ryan sembari mengulurkan tangan hendak memeluknya. Namun dengan secepat kilat Linda menghindar dan akhirnya… Ryan jatuh memeluk lantai yang dingin.
“Makanya, jangan main peluk orang seenaknya!” Fred dan Frans terpingkal-pingkal.
Ryan tersenyum kecut, lalu berdiri kembali. Insiden lucu itu nggak membuatnya malu tapi justru malah semakin menambah tinggi semangat juangnya.
“Purnama menghias angkasa. Cahyanya nan mempesona merasuki sukma. Menebar seri nan berwarna-warni. Mencipta sebuah pelita nan indah di sanubari yang suci.”
Linda masih diam seribu bahasa. Dalam hati dia mengacungkan dua jempolnya pada cowok itu atas semangat juangnya yang menyala-nyala.
Aku mengendarai mimpi dengan permadani. Merangkai kata seindah permata. Kulalui beribu-ribu duri yang menghalangi. Meski hatiku tersayat-sayat pisau berkarat. Aku tak peduli. Terus saja berlari. Namun hanya reruntuhan yang aku dapati, lirih Ryan di dalam hati.
Sepeninggal duka Ryan yang tak kunjung mendapatkan hati cewek yang menjadi incarannya itu, muncullah Andre dan Alex di tengah-tengah mereka. Kedua cowok itu berhasil mengejar teman-temannya dan tanpa basa-basi membawa mereka pergi menjauh dari hadapan cewek itu setelah sebelumnya mengatakan sepatah kata padanya.
“Jangan dengarkan apa kata pencari bidadari. Mereka hanya terbuai mimpi. Meniti maya yang tiada berpenghuni. Tak ada yang mereka dapati. Kecuali sunyi dan sepi yang membelenggu diri.”
Linda tak kuasa membendung deraian tawanya setelah melihat aksi heboh mereka. Dia semakin terpingkal-pingkal kala cowok-cowok play boy itu terus meronta-ronta dan berusaha melepaskan diri dari tangan Andre dan Alex.
Komentar
Posting Komentar