Green Princes vs Putri Terbang
“Linda, silahkan kamu pilih untuk bergabung dengan kelompok mana!” kata pak Ihsan mempersilahkan. Sudah menjadi kebiasaan bagi anggota baru di genk Pelangi harus memilih salah satu kelompok yang ada di sana.
“Menurutku lebih baik kamu bergabung saja sama…” kata Ryan menggantung. Dia lagi mikirin kelompok terbaik untuk cewek itu. Tapi, salah satu temannya malah menggunakan kesempatan itu untuk menggodanya.
“Andin…, Ryan padamu…!”
“Alah… bilang aja kamu iri, Ki!” ledek Ryan pula. “Lantaran cintamu nggak disambut sama si Fay kan?”
Eki mengerlingkan matanya namun Fay malah buang muka yang membuat anak-anak Pelangi semakin histeris.
“Kamu kurang romantis sih. Makanya Fay nggak mau,” kelekar Tony yang diikuti dengan deraian tawa teman-temannya.
“Minta resep tuh sama pangeran! Doi kan paling ahli menghadapi masalah begituan,” saran Andi ikut meramaikan suasana pula.
Eki hanya tersenyum kecut. Niat doi pingin ngerjain Ryan tapi malah dia sendiri kena batunya. Fay juga sih pakai acara jual mahal segala.
“Pantas aja… dari tadi Ray cengar-cengir melulu. Tak tahunya dia naksir berat sama si Andin juga…!” Frans tergelak-gelak. Daripada ngerjain si Eki, mendingan juga ngerjain Ryan biar suasana makin tambah heboh. Wajar aja lagi kalau dia berpikiran begitu lantaran muka cowok itu kan setebal tembok.
“Memangnya kenapa?” nah tuh benarkan apa yang dipikirin si Frans.
“Hu…”
“Doi cantik, pintar lagi…” rajuk Ryan yang bikin Andin merah padam.
“Terus, Putri…?”
“Maunya sih aku jadiin permaisuri,” jawab Ryan tanpa malu-malu.
“Tapi, ditolaknya mentah-mentah!” sambung Fred yang bikin suasana semakin ramai oleh deraian tawa di mana-mana.
“Pangeran baru patah hati, jangan dipanasi lagi!” Reddy ikut menimpali.
“Patah hati? Sorry aja, Red!” bukan Ryan kalau tidak bisa mengelak dari tuduhan. “Beribu-ribu cewek rela menunggui, untuk apa patah hati?”
“Barusan aja merana…”
“Sekarang?” sambung Eki.
“Keasliannya muncul kembali,” seloroh anak-anak Pelangi.
“Mengerjai anak-anak cewek di sini!” gerutu Andre dan Alex.
Ryan hanya terkekeh. Dia serasa tak peduli dengan anggapan negatif dari teman-temannya itu karena dia pun memiliki satu alasan yang kuat untuk melakukannya. Bukannya bermaksud untuk melukai hati anak-anak cewek yang mencintai dirinya tapi dia hanya ingin mencari permata hati yang diimpikannya.
Linda memandang iba pada Ryan lantaran perjalanan cintanya dijadikan gurauan oleh teman-temannya. Meski menjalani hidupnya sebagai seorang play boy tapi dia sangat yakin di hatinya pasti memiliki rasa untuk memiliki permaisuri nan baik hati pula. Sama seperti cowok pada umumnya. Sejenak cewek itu dapat melupakan rasa sakit hatinya pada cowok itu.
Ryan yang merasa tengah dipandangi oleh Linda itu balik memberikan respon yang sama. Dia pandangi paras cantiknya lekat-lekat dengan merekahkan senyuman terindahnya namun cewek itu buru-buru merundukkan pandangannya tika dia sadar cowok itu tengah mengawasinya.
Andin yang tengah mengawasi gerak-gerik Ryan tidak bisa menyembunyikan api cemburu dan sekaligus rasa khawatir akan kehilangan cowok yang sangat dicintainya itu untuk selama-lamanya. Ucapan teman-temannya bahwa Ryan tengah jatuh cinta pada Linda dia rasakan bukanlah isapan jempol belaka. Dia telah memergoki cowok itu tidak jemu-jemu memandangnya.
“Mengapa Ray dan putri saling mencuri pandang begitu? Kayak orang lagi terserang demam kasmaran saja!” ujar Lily tidak bisa menahan rasa heran sekaligus geli yang menggelitiki hatinya.
“Nikahi saja Putri biar kamu puas memandangnya, Ray!” goda Fay nyaring yang diikuti oleh gelak tawa yang terdengar di mana-mana. Cowok itu pun tersipu malu namun dia mencoba untuk menutupinya dengan mengalihkan pembicaraan.
“Kamu tuh pikirannya macam-macam saja, Fay! Aku lagi pusing-pusing nyariin kelompok terbaik untuk putri eh malah kamu kira yang nggak-nggak.”
“Udah deh, ngaku aja! Nggak usahlah pakai acara pura-pura segala!” goda Fay.
“Terserah deh kamu mau ngomong apa!” ujar Ryan kemudian. Dia udah capek meladeni godaan dari teman-temannya dan berinisiatif untuk mengalihkan topik pembicaraan itu. “Oke, sekarang kita lanjutkan acara berikutnya. Ada ide nggak baiknya Putri bergabung dengan siapa?”
Ryan kini telah mengambil alih suasana. Semua teman-temannya sudah hafal betul kalau yang namanya Ryan itu paling benci sama orang yang sok hebat. Apalagi ngeremehin kata-katanya kalau dia lagi serius. Berani coba? Tanggung aja akibatnya…!
“Sebaiknya kamu gabung aja sama Lya! Kurasa kalian bisa cocok satu sama lain,” saran Alex tapi cewek itu malah tertarik dengan tiga orang cewek yang berada dibarisan paling belakang.
“Bagaimana kalau aku gabung saja sama mereka?” tanyanya meminta pertimbangan dari mereka.
“Mereka…?!”
“Memangnya kenapa?” Linda terheran-heran melihat wajah mereka yang tampak sangat panik sekali.
“Nanti juga kamu akan tahu jawabannya, Put.”
Linda semakin penasaran saja setelah mendengar jawaban dari Ryan itu. Terlihat jelas dari wajah cowok itu nampaknya dia sangat keberatan kalau dirinya bergabung dengan mereka.
”Kami nggak membutuhkan anggota baru!” cewek yang sedari tadi tidak bergeming dari tempat duduknya dan tengah memain-mainkan jari lentiknya itu berdiri, lalu dia memutar bukunya dengan kecepatan yang tinggi.
“Gawat…!” Fay memilin-milin rambut lepeknya.
“Perutku lapar nih!” Lily yang tengah panikpun ikut memegangi perutnya.
“Makan…terus!” keluh Fay.
“Ah, kamu juga sama, Fay. Lihat, matamu sudah berkejar-kejar tuh…!”
“Bukan berkejar tapi kerlingan,” jelas Fay yang membuat Lily tertawa.
“St…!” Fay meletakkan jari lentiknya di atas bibir merahnya.
“Arta…!” cewek yang sedari tadi tidak bergeming dari buku bacaannya itu berdiri. “Kukira dengan bertambahnya anggota baru tak masalah.”
“Aku sependapat dengan Esha. Jika dia memenuhi standar, kenapa nggak?!” cewek yang berbicara dengan anggun dan tenang itu turut menimpali.
“Oke. Jika kamu nggak bisa mengalahkan pusaran terbangku, silahkan angkat kaki dari sini!” kata Arta tegas.
Linda tersenyum kecil.
“Kalau aku yang menang…?”
“Kamu boleh bergabung dengan kami, bahkan kami tidak keberatan menjadi anggotamu.”
“Oke, aku setuju.”
Bakalan seru nih! Green Princes vs Putri Terbang. Ryan tersenyum simpul. Sebenarnya Arta itu hanya cewek biasa-biasa saja. Tetapi untuk soal yang satu itu dia amat lihai. Nggak ada seorangpun yang mampu menyainginya, tentu saja kecuali dia dan para ksatria.
“Kamu yakin bisa mengalahkannya?” Winda menepuk bahu sahabatnya itu. “Kamu kan tak pernah memainkannya.”
“Tenang aja, Win,” kata Linda menenangkan. Windapun mulai terlihat tenang berbeda dengan Vida yang malah terlihat sangat tegang.
“Lawanmu itu bukan amatiran, Lin!” kata Vida panik.
Linda hanya tersenyum simpul. Sorot matanya yang tajam tak luput memperhatikan gerakan lincah Arta yang membuat semua orang terkagum-kagum itu.
“Wow, keren…!”
Pak Ihsan yang menyaksikan pertunjukan itu menggelengkan kepala. Walaupun para mahasiswa itu badungnya minta ampun, tetapi mereka memiliki keunikan yang sangat luar biasa. Di balik paras dan tingkah laku mereka yang sangar-sangar itu tersimpan kasih sayang yang sangat besar sekali. Kalaupun ada sebagian kecil anak-anak yang judes, cuek dan suka marah-marah, mereka harus lulus mengikuti uji coba seleksi yang sangat ketat sekali. Setidak-tidaknya mereka tak kan menyakiti dan membahayakan nyawa anak-anak Pelangi yang lain. Kalau mereka tidak mematuhinya, maka dengan senang hati pangeran Pelangi akan mendepaknya seketika.
Ryan yang sangat antusias menyaksikan pertunjukan itu terkagum-kagum. Tapi bukan Arta yang dia pikirin, melainkan putri. Dia sangat kagum lantaran dalam situasi seperti itu cewek itu masih terlihat sangat tenang sekali.
Tak hanya Ryan yang terkagum-kagum pada cewek itu, tapi Andrepun berpikiran yang sama pula. Menurut feelingnya cewek itulah yang akan menjadi saingan terberat Ryan nantinya.
Linda tak dapat memungkiri adanya seberkas rasa kagum di hatinya pada cewek itu. Benar juga kata sahabatnya kalau cewek itu bukan level amatir yang dapat dengan mudah dia kalahkan. Dia sibuk mengukur kemampuan lawannya agar dapat mengeluarkan energinya seefisien mungkin mengingat kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan untuk melakukan serangan dalam rentang waktu yang cukup lama. Kalau duel itu memakan waktu yang sangat lama, bisa-bisa dia akan kehilangan semua energinya dan dilarikan ke rumah sakit. Dia tidak menghendaki hal itu terjadi.
“Ayo, Arta…! Keluarkan seluruh kemampuanmu!” teriak mereka menggebu-gebu.
“Putri terbang, ayo buat Green princes pingsan!” teriak Wina dengan gaya bicaranya yang sangat arogan sekali.
“Jika perlu, bunuh saja sekalian!” Veni ikut memanasi.
Anak-anak Pelangi memandang heran pada mereka. Tampak terlihat jelas mereka tidak menyukai kata-kata arogan itu. Sama seperti Arta pula. Seketika cewek itu langsung melemparkan pusaran terbangnya untuk menghajar kedua cewek itu.
“Aaaa…!” anak-anak Pelangi menjerit-jerit histeris, terutama si Fay.
“Prak…!” hidung Veni berdarah.
“Kalau bicara, jaga suara kalian!” maki Arta.
“Dasar sinting!” balas Veni sembari menatapnya dengan tatapan yang bengis namun sayang dia tidak mendapatkan tanggapan yang berarti dari Arta. Tampaknya cewek itu sudah kebal mendengar kata-kata kasarnya. Mungkin cewek itu emosi lantaran mereka mengatakan kata-kata kasar itu pada anak baru yang tidak tahu apa-apa.
“Tak bisakah kalian berkata yang lebih sopan lagi?!” Linda yang tidak suka dengan gaya bicara kedua cewek itu tidak bisa menahan emosi.
“Hi, Putri! Kamu jangan berlagak di depan kami!” hujam Leni yang satu genk sama kedua cewek itu.
“Aku tidak mau berlagak jagoan atau pamer kekuatan dengan kalian. Aku hanya tidak suka saja mendengar kata-kata kasar dari kalian. Kurasa semua orang di sini juga merasakan hal yang sama pula.”
”Kurang ajar!” umpat Leni. “Jangan sok pintar kamu!”
Ryan hanya menggeleng pelan. Dia sangat memaklumi tindakan Leni yang di luar batas kewajaran itu. Patah hati memang sangat menyakitkan dan banyak orang dibikin gila karenanya. Untung deh cewek itu hanya melampiaskannya pada kata-kata kasar dan nggak sampai gila atau yang lebih tragis lagi sampai ingin bunuh diri.
“Bukannya aku sok pintar tapi aku hanya ingin mengatakan yang sebenarnya. Maaf saja jika kata-kataku itu membuat kalian tersinggung!”
Leni dan teman-temannya yang sedang dirasuki rasa amarah yang membumbung tinggi segera menghampiri Linda dan mengajak cewek itu untuk beradu kekuatan dengan mereka.
“Udah deh, kamu jangan berlagak jagoan di sini! Kalau berani, ayo lawan kami! Dasar pecundang!” tantang Wina.
Linda hanya tersenyum tipis. Bukan kejutan baru lagi untuknya kalau anak-anak Pelangi rata-rata penggila pertarungan. Dari pucuk pimpinan sampai anggota yang terendah sekalipun memiliki satu pemikiran yang sama. Satu pemikiran yang berbeda dari genk Divya yang dipimpinnya. Mereka menyukai kedamaian dan ketenangan, tidak suka mengobarkan api permusuhan dengan siapa pun jua. Tapi jika ada musuh yang datang, maka mereka akan menghadapinya dengan mengeluarkan segenap kemampuan yang mereka miliki. Seberkas rasa rindu mulai menyergapnya tika dia membayangkan saat-saat terindah bersama mereka. Satu kenangan yang tak mungkin dapat untuk dilupakan.
Winda dan Vida sangat marah pada ketiga cewek itu hampir saja melayangkan tinjunya jika Linda tidak menghalangi mereka.
“Biar aku saja yang akan melayani mereka!” kata Linda dengan tutur katanya yang lembut dan terlihat sangat tenang.
Ketiga cewek itu segera menyerang Linda tanpa ampun namun cewek itu dapat berkelit cepat dan menyerang mereka dengan kecepatan yang sangat tinggi sekali. Ketiga cewek itu dibuatnya sangat kewalahan sehingga dalam sekejap dia dapat melumpuhkan mereka.
Semua orang yang ada di sana terkesima melihat kelihaian cewek itu. Mereka pun mulai bertanya-tanya tentang jati diri dari cewek yang ada di hadapan mereka itu.
Linda terduduk lemas. Keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya. Pertarungan itu telah banyak menguras energinya. Masih terngiang-ngiang di dalam ingatannya tentang ucapan dari dokter Aris yang telah dia anggap seperti pamannya sendiri.
“Obat-obatan itu akan menambah staminamu, mengurangi rasa nyeri dan menghambat penyebaran racun yang ada di dalam tubuhmu. Jaga baik-baik kesehatanmu, Sayang! Hindarilah pertarungan sebisa mungkin agar racun itu tidak cepat menyebar lantaran kondisi badanmu yang tidak fit,” kata beliau setelah menyuntikkan obat-obatan itu.
“Iya. Linda akan ikuti semua nasehat paman,” katanya sembari tersenyum lebar.
Sejenak Linda mengedarkan pandangannya pada Ryan yang terus menatapnya tak berkedip. Entah apa yang ada di dalam pikiran cowok itu sampai dia berbuat begitu. Bukannya berinisiatif untuk memberikan bantuan walaupun cuma sekedar segelas air putih saja eh malah menatapnya tak berkedip. Dasar play boy nggak ngerti sikon!
Berbeda dengan apa yang dipikirkan Linda, Ryan justru berpikiran lain. Dia menatap cewek itu tak berkedip lantaran menurutnya ada sesuatu yang tak beres pada dirinya. Dia melihat cewek itu tampak sangat kepayahan sekali. Mungkinkah dia sakit tapi berpura-pura untuk menutupinya?
“Belum pernah kami bertemu dengan cewek sekuat dirimu! Selamat bergabung bersama kami dan semoga kehadiranmu bisa membuat genk Pelangi ini lebih baik dari sebelumnya!” kata Leni mewakili teman-teman segenknya. Tampaknya emosi cewek itu sudah mulai stabil kembali. “Maaf atas perlakuan kasar kami tadi! Tak selayaknya kamu mendapatkan sambutan seperti itu,” katanya penuh penyesalan.
“Sudahlah lupakan saja. Wajar kali anak baru mendapatkan perlakuan seperti itu. Genk ini kan tersohor dengan kelihaiannya dalam bertarung,” kata Linda seraya tersenyum manis.
Leni dan teman-temannya merasa lega karena telah mendapatkan maaf dari cewek itu. Lalu dia berujar pada Arta.
“Kusarankan sebaiknya kau terima saja dia, Arta!”
“Ya, kamu benar, Len. Senang bisa satu tim denganmu!” kata Arta sembari mengulurkan tangannya. Linda pun menyambut hangat uluran tangannya.
“Aku juga senang bisa satu tim sama kalian.”
Vida dan Winda pun merasa bahagia karena keinginan sahabatnya itu bisa terwujud. Mereka tahu persis alasan Linda untuk bergabung dengan mereka. Ketiga cewek itu mengingatkannya pada sahabat-sahabat kesayangan cewek itu selama dia berada di Divya. Gaya dan karakter mereka mirip sekali dengan Gressa, Anggie dan Silvy tika pertama kali mereka bertemu dulu.
Arta, Leni, Wina dan Veni kembali ke tempat duduknya masing-masing. Sementara Linda masih berada di tempatnya semula ditemani oleh kedua sahabatnya dan Ryan tentunya. Tampaknya cowok itu masih sibuk mengamati cewek berambut panjang itu.
“Genk Pelangi jauh berbeda dengan genk kita ya, Vid?”
“Maksudmu?”
“Kalau anggota baru di Divya pasti disambut hangat oleh semua orang tapi di sini kok lain ya?” tanya Winda keheranan.
“Terang aja beda. Kalau Linda akan meminta semua anggota untuk mencintai dan menyayanginya seperti saudara sendiri tapi Ray… justru sebaliknya. Boro-boro ngasih sambutan, nggak dijadiin mangsa barunya aja udah untung! Sekali play boy ya tetap play boy. Gak bakalan deh mau berubah!” katanya nyaring yang sengaja mau meledek cowok itu habis-habisan. Semua orang sampai terpingkal-pingkal dibuatnya.
“Terserah deh, terserah. Terserah aja kalian mau bilang apa!” jawab Ryan yang lagi malas mengeluarkan argumennya. Tentu saja hal itu membuat mereka semakin terpingkal-pingkal.
Meski tidak dapat menyaksikan duel Green Princes dan Putri Terbang secara sempurna, tetapi mereka sangat puas menyaksikan pertarungan Linda melawan genknya Leni itu.
Komentar
Posting Komentar