Dawai Cinta dan Persahabatan part 11


Bukan Maksudku untuk Melukaimu
“Hati-hati sama Putri, Ray! Kaca aja dihancurin sampai berkeping-keping, apalagi kamu?!” ledek Fred pada cowok itu.
“Memangnya apa salahku?”
“Tanya saja sama Putri!” sahutnya sembari tertawa-tawa. Jarang-jarang ada kesempatan bagus untuk mengerjai sahabat baiknya itu. Ya, karena cowok yang satu itu hampir susah sekali untuk dicari titik kelemahannya.
“Jangan marah lagi, Put! Kan kita udah impas sekarang!” rajuk Ryan pada cewek itu.
“Impas? Kapan?”
“Semenjak kamu menolakku mentah-mentah, kan aku patah hati juga. Sama kayak kamu.”
“Nggak mungkin sama. Lukamu itu terlalu ringan, tau!” sewot Linda.
“Ringan gimana? Orang hatiku sakit bukan main, kamu bilang ringan! Pernah nggak sih kamu ngerasain gimana sakitnya patah hati?!”
“Nggak. Lagian aku nggak yakin cowok macam kamu bisa patah hati!” cibir Linda.
“Pantas aja kamu bilang gitu. Rupanya kamu belum pernah patah hati. Syukur deh kalo gitu aku bisa jadi cowok pertama yang singgahi istana cintamu,” Ryan tersenyum nakal yang bikin Linda semakin jengkel saja.
“Siapa juga yang sudi jadi cewekmu?!”
Mereka terpingkal-pingkal menyaksikan runtuhnya pamor Ryan sebagai sang penakluk cinta.
“Kamu benar-benar sulit untuk ditaklukin!”
“Nyerah aja, Ray!”
“Supaya kamu bisa menyusulku, Frans?!” Ryan tersenyum sinis.
“Tahu aja kamu, Ray,” kata Frans tersipu-sipu.
Ryan langsung cemberut.
“Ungu, Putih… kalian jangan ikut-ikutan seperti mereka!”
“Tenang aja, Fay.”
“Kalau kalian nggak mau, mendingan buat aku aja deh!”
“Biru… kamu ini nakal sekali!” pelotot Alex yang membuat Adri beringsut seketika.
“Hallo…!”
Seorang cewek muncul dari balik pintu. Suasanapun menjadi hening sejenak.
“Hallo juga…!”
Cewek itu berjalan memasuki ruangan. Namun beberapa detik kemudian… dia menyambut Linda dengan sebuah tamparan yang sangat keras sekali. Semua mata yang ada di sana terbengong tak percaya.
“Emang doi salah apa?” Fred mengibaskan rambut merahnya yang sebahu itu.
Rupanya zaman kini sudah mulai berubah. Kalau dulu orang menyambut tamu dengan senyuman hangat dan sekarang… dengan tamparan, gumam Linda di dalam hati.
“Apa-apaan kamu?” Winda mendorong cewek itu hingga dia terjengkang. Dia tidak terima sahabatnya diperlakukan sekasar itu. “Kalau kamu mau jadi preman, ayo aku ladenin!”
Cewek itupun berdiri lalu berujar lantang padanya.
“Jangan ikut campur!”
“Hi, jangan mentang-mentang kamu anak lama di sini, terus bisa berbuat seenaknya pada teman kami!” kali ini Vida ikut terpancing emosi. Dia melabrak tepat di hadapan cewek itu. “Memangnya siapa kamu? Berani kurang ajar di depan kami!”
“Minggir…! Aku nggak ada urusan dengan kalian berdua. Tapi sama dia…!” dia menunjuk batang hidung Linda yang berdiri tak jauh darinya.
Winda dan Vida serentak menoleh ke arah sahabatnya itu untuk meminta penjelasan darinya.  
“Memangnya apa salahku?” tanya Linda bingung.
“Jangan pura-pura bloon deh. Kamu masih ingat dengan kejadian kemarin sore itu?!” ujarnya sinis.
“Kemarin sore?”
“Ya.”
***
Lya, Tya dan Fika mengayunkan sepatu roda mereka secepat kilat. Mereka bertiga ingin membagi-bagikan undangan pesta yang diselenggarakan oleh anak-anak Pelangi di rumahnya Fred satu minggu lagi.
“Aku akan membuat sebuah revolusi besar,” kata Fika berseri-seri.
“Revolusi apa?” tanya kedua sahabatnya itu bingung.
“Mau tahu…?”
Mereka mengangguk.
“Lihatin aja aku sampai puas!”
“Apanya yang mesti dilihat?” tanya mereka terheran-heran. Belum juga mereka menemukan jawabannya, Fika sudah membuat sensasi baru. Cewek itu berjalan dengan wajah menghadap ke belakang yang membuat mereka merasa sangat khawatir sekali.
“Jalannya yang benar dong, Fi! Lihat ke depan, jangan ke belakang! Ntar jatuh lho!”
“Jangan cemas begitu, Tya! Harusnya kamu senang, punya teman yang pemberani,” katanya seraya tersenyum renyah.
Tya cemberut.
“Jalannya yang benar dong, Fi. Jangan bikin jantungku copot!” nasehat Lya pula tapi cewek itu tetap tak menghiraukannya.
“Tenang aja, Lya. Kamu pasti akan baik-baik saja. Aku jamin deh!”
“Ikuti apa kata kami kalau kamu nggak ingin celaka nanti…!” kata Lya cemas.
Fika malah tertawa-tawa. Namun tiba-tiba saja…
“Aaaa…!”
“Bruk…!”
“Aduh…!”
Fika menabrak seorang cewek. Insiden kecil itu menyedot perhatian orang-orang yang berada di sekitarnya. Mereka berhamburan untuk melihatnya.
“Kalian baik-baik saja kan?” tanya Lya dan Tya.
“Sakit…!” jawab Fika lirih. Mereka hampir saja menumpahkan tawanya. Namun demi melihat wajah temannya yang bermuram durja itu, diurungkanlah niat mereka itu.
“Bagaimana dengan nona?” tanya Lya pada cewek yang baru ditemuinya itu.
“Aku baik-baik saja,” jawabnya lalu dia memandang Fika lekat-lekat.
Fika ingin segera kabur dari tempat itu.
“Lain kali nona jangan berjalan seperti itu lagi! Jika ingin mencobanya lagi, lebih baik dilakukan di rumah saja. Kalau di jalan umum seperti ini, akan membahayakan orang lain dan dirimu sendiri tentunya,” nasehatnya dengan suara yang sangat lembut.
Serentak semua orang yang ada di sana tersenyum geli kecuali Fika yang merasa sangat malu sekali.
“Apanya yang lucu? Pergi kalian dari sini…!” Fika murka sekali lalu ngeloyor pergi.
“Eh, Fi…!”
“Sudahlah, Tya. Biarkan dia menenangkan diri,” kata Lya.
“Nona siapa?”
“Linda. kalian?”
“Aku, Lya,” dia memperkenalkan diri. “Dan ini temanku, Tya. Kami dari genk Pelangi.”
“Oh ya?”
Mereka mengangguk seraya tersenyum simpul.
“Kebetulan sekali aku juga ingin bergabung dengan genk kalian. Kira-kira aku diterima nggak ya?”
“Tentu saja kami akan menerimamu dengan senang hati,” jawab mereka yang membuat Linda merasa lega. “Kalau begitu, sampai berjumpa lagi di Pelangi.”
Setelah mengatakan itu mereka berpamitan pada Linda dan mengejar Fika yang masih diliputi dengan rasa malu yang tiada tara.
***
“Hebat kamu, Fi…!” puji Adri. “Melakukan inovasi yang sangat oke.”
Kata-kata Adri itu bikin semua orang terpingkal-pingkal.
“Diam…!”
Mereka terdiam mendengar lengkingan suara Fika yang kayak halilintar itu.
“Apa yang dikatakan Adri itu benar, Fi,” rajuk Reni. “Jarang sekali lho ada orang yang mampu melakukannya.”
“Iya,” Adri menegaskannya lagi. “Si Merah aja nggak pernah melakukannya.”
“Pamorku jangan diturunin dong!” protes Fred. Adri memang aneh dari dulu selalu saja begitu. Kayaknya cowok itu iri sekali sama dia. Kali karena dia nggak seberuntung dirinya yang selalu dimanjain sama Ryan dan Andre. Wajarlah kalo dia merasa begitu soalnya Frans sama Alex kan terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Kasihan…
Mereka terpingkal-pingkal.
Pangeran Pelangi yang terlanjur terkesima sama Putri itu tidak mempedulikan mereka. Dia malah sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia tidak mengerti mengapa cewek itu selalu membayangi ingatannya. Entah dari mana datangnya rasa sayang yang mengukir hatinya?
“Sudah, sudah. Lebih baik kita dengerin penjelasannya Putri!”
Mereka kembali tenang.
“Bukan maksudku untuk melukaimu, Fi. Aku hanya ingin mengingatkan kalau apa yang kamu lakukan itu sangat berbahaya,” jelas Linda.
“Memangnya apa pedulimu dengan semua itu? Kamu kan nggak mengenalku.”
“Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk semua orang,” jawab Linda yang bikin cewek itu tercengang seketika.
“Memangnya apa yang kau dapatkan dengan semua itu?”
“Aku bisa melihat kebahagiaan yang terpancar di mata mereka dan akupun akan turut merasainya pula.”
“Aku belum pernah bertemu dengan cewek seaneh dirimu,” kata Fika seraya menuju tempat duduknya. Diam-diam dalam hati dia merasa kagum pada cewek itu. Semula dia kira cewek itu hanya ingin mempermalukannya tapi kenyataannya justru berbeda dengan apa yang dipikirkannya.
Linda sangat bahagia lantaran kesalah pahaman antara Fika dengan dirinya telah selesai sudah. Semua berjalan sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Komentar